Recent Posts

Wirausaha dan Wiraswasta, Perbedaan, Pengertian, Sifat, Peran Serta Ciri-Ciri

Perbedaan wirausaha dan wiraswasta, pengertian, sifat peran dan ciri-ciri
Kali ini kita akan membahasa tentang wirausaha dan wiraswasta bagaimana definisi, peran, ciri-ciri dll dari wirausaha dan wiraswasta. Semoga bermanfaat. Thanks to Utari Muhdar dan Putri Sakinah.

A. Wirausaha
1. Pengertian Wirausaha

Istilah entrepreneur sudah dikenal orang dalam sejarah ilmu ekonomi sebagai ilmu pengetahuan sejak tahun 1755. Seorang Perancis yang bernama Richard Cantillon, ahli ekonomi Perancis keturunan Irlandi dianggap sebagai orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur dan entrepreneurship, kata entrepreneurship sendiri sebenarnya berawal dari kata ‘entreprende’ yang berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Istilah kewirausahaan merupakan padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa Inggris. Dalam karya akbarnya yang berjudul : Essai Sur La Nature Du Commerce en General, Cantillon memberikan peranan utama kepada konsep “entrepreneurship” dalam ilmu ekonomi. Dalam karya tersebut, Cantillon menyatakan seorang entrepreneur sebagai seorang yang membayar harga tertentu untuk produk tertentu, untuk kemudian dijualnya dengan harga yang tidak pasti (an Uncertain Price), sambil membuat keputusan-keputusan tentang upaya mencapai dan memanfaatkan sumber-sumber daya, dan menerima resiko berusaha (The Risk of Enterprise). (Holt, 1993 : 660).
Istilah “entrepreneur” berasal dari perkataan bahasa Perancis dan secara harfiah berarti perantara (Bahasa Inggris : Between-taker atau go-Between). Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 para entrepreneur seringkali tidak dibedakan dengan kelompok manajer dan kelompok pengusaha terutama dipandang dari sudut perspektif ekonomi.
Enterpreeneurship yang dibahasa Indonesia-kan berkewirausahaan sampai saat ini belum ada definisi yang telah disepakati bersama di antara para ahli. Hal ini dapat disimak dari adanya perbedaan beberapa definisi antara satu ahli dengan ahli lainnya, namun setiap definisi memiliki benang merah yang sama.
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu. Hal ini sesuai firman Allah SWT dalam surah Al Jumu’uah ayat 10:
Artinya: “Apabila telah menunaikan shalat, maka bertebaranlah kalian dimuka bumi dan carilah karunia Allah, dan banyak-banyaklah mengingat Allah agar kamu beruntung”.
Jadi wirausaha dari segi etimologi adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali mengatur pemodalan operasinya serta memasarkannya.
Hisrich mendefinisikan Enterpreneurship  berdasarkan  tiga pendekatan dari ekonomi, psikologi, dan pebisnis berturut-turut adalah:
1.      Pendekatan ekonomi, entrepreneur adalah orang yang mampu mengkominasikan sumber daya, bahan baku berbagai asset organisasi sehingga meningkatkan nilai sumber daya menjadi lebih besar dari sebelumnya juga merupakan seseorang yang memperkenalkan perubahan, inovasi dan meciptakan pesanan atau permintaan baru.
2.      Pendekatan psikolog, entrepreneur adalah tipe orang yang didorong beberapa kekuatan  untuk mencapai atau meraih sesuatu, melakukan eksperimen untuk mencapai kesuksesan atau mungkin keluar dari kekuasaan orang lain.
3.      Pendekatan seorang pebisnis, entrepreneur  adalah seorang pebisnis yang muncul sebagai ancaman, pesaing yang agresif, sebaliknya pada pebisnis  lain sesama entrepreneur mungkin sebagai sekutu/mitra, sebuah sumber penawaran, seorang pelaanggan, atau seorang yang menciptakan kekayaan bagi orang lain, juga menemukan jalan lebih baik untuk memanfaatkan sumber-sumber dayaa, mengurangi pemborosan, dan menghasilkan lapangan pekerjaan baru bagi orang lain yang dengan senang hati untuk menjalankannya.

Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan bahwa:
a. Wirausha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.
b. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Jadi, wirausaha itu mengarah kepada orang yang melakukan usaha/kegiatan sendiri dengan segala kemampuan yang dimiikinya. Sedangkan kewirausahaan menunjuk kepada sikap mental dimiliki seorang wirausaha dalam melaksanakan usaha/kegiatan.
Pandangan berikut dikemukakan Joseph Schumpeter, seorang ekonom yang banyak melakukan penelitian-penelitian tantangan entrepreneur dan entrepreneurship:
Fungsi para entrepreneur adalah mengubah atau merevolusionerkan pola produksi dengan jalan memanfaatkan sebuah penemuan baru (invention) atau secara lebih umum, sebuah kemungkinan teknologikal untuk memproduksi sebuah komoditi baru, atau memproduksi sebuah komoditi lama dengan cara baru, membuka sebuah sumber  suplai bahan-bahan baru, atau suatu cara  penyaluran baru (ingat saluran distribusi dalam kegiatan pemasaran), atau mengorganisasi sebuah industri baru (Winardi, 2001  : 4-5).
Paling tidak, ada empat keuntungan yang diperoleh dari wirausaha:
1. harga diri;
2. penghasilan;
3. ide dan motivasi;
4. masa depan.

2. Sifat-sifat Yang Perlu Dimiliki Wirausaha
Seorang wirausahawan haruslah seorang yang mampu melihat kedepan. Melihat kedepan bukan melamun kosong, tetapi melihat, berfikir dengan penuh perhitungan, mencari pilihan dari berbagai alternatif masalah dan pemecahannya. Dari berbagai peneltian di Amerika Serikat, untuk menjadi wirausahawan, seseorang harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
a.Percaya diri
Orang yang tinggi percaya dirinya adalah orang yang sudah matang jasmani dan rohaninya. Pribadi semacam ini adalah pribadi yang independen dan sudah mencapai tingkat maturity. Karakteristik kematangan seseorang adalah ia tidak tergantung pada orang lain, dia memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, obyektif, dan kritis. Emosionalnya boleh dikatakan sudah stabil, tidak gampang tersinggung dan naik pitam. Juga tingkat sosialnya tinggi, mau menolong orang lain, dan yang paling tinggi lagi ialah kedekatannya dengan khaliq sang pencipta, Allah SWT. Diharapkan wirausahawan seperti ini betul-betul dapat menjalankan usahanya secara mandiri, jujur, dan disenangi oleh semua relasinya.
Percaya diri adalah bagian dari alam bawah sadar dan tidak terpengaruh oleh argumentasi yang rasional. Ia hanya terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat emosional dan perasaan. Maka untuk membangun percaya diri diperlukan alat yang sama, yaitu emosi, perasaan dan imajinasi. Emosi, perasaan dan imajinasi yang positif akan meningkatkan rasa percaya diri. Sebaliknya emosi, perasaan dan imajinasi yang negatif akan menurunkan rasa percaya diri.


b. Berorientasi pada tugas dan hasil
Orang ini tidak mengutamakan prestise dulu, prestasi kemudian. Akan tetapi, ia gandrung pada prestasi baru kemudian setelah berhasil prestisenya akan naik. Anak muda yang akan selalu memikirkan prestise lebih dulu dan prestasi kemudian, tidak akan mengalami kemajuan. Pernah ada seorang mahasiswa yang mengikuti praktik perniagaan disuatu perguruan, ia malu menjingjing barang belanjaannya keatas angkot. Dia menjaga gengsinya dengan mencarter mobil taksi. Kebanyakan anak remaja tidak mau berbelanja kepasar menemani ibunya karena gengsi. Padahal dengan ikut menemani ibu dan ikut melihat suasana pasar, banyak pengalaman bisa diperoleh.
Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika kita berusaha menyingkirkan prestise. Kita akan mampu bekerja keras, enerjik, tanpa malu dilihat teman, asal yang kita kerjakan halal. Produktivitas suatu pekerjaan sangat tergantung pada kemauan para pekerja untuk bekerja lebih giat.
Lingkungan didalam kehidupan bisnis ada enam, yaitu: pelanggan, pemasok, pesaing, barang subsitusi, peraturan pemerintah dan lingkungan luar usaha. Seorang wirausaha yang berhasil harus mempertimbangkan semua komponen produktivitas. Dalam menghadapi perkembangan peraturan pemerintah, memiliki pandangan jauh kedepan, menghadapi kumpulan karyawan. Seorang wirausaha harus mampu bekerjasama dan memotivasi mereka. Dan yang paling penting ialah gaya kepemimpinan yang di bawkan oleh wirausaha, bagaimana ia mampu memotivasi karyawannya untuk meningkatkan produktivitas.
c. Pengambilan resiko
Anak muda sering dikatakan selalu menyenangi tantangan mereka tidak takut mati. Ciri-ciri dan watak seperti ini di bawa kedalam wirausaha yang juga penuh dengan resiko dan tantangan, seperti persaingan, harga turun naik barang tidak laku dan sebagainya. Namun tantangan ini harus dihadapi dengan penuh perhitungan. Jika perhitungan sudah matang, membuat pertimbangan dari segala macam segi, maka berjalanlah terus dengan tidak lupa berlindung kepada-Nya.
Mengambil resiko, terampil meramal resiko dan antisipasi resiko. Namun tidak kuat menghadapi resiko karena sudah diperhitungkan dengan menganalisis fakta dan data yang ada, sehingga pada satu keputusan.
d. Kepemimpinan
Ada suatu keunggulan wirausaha yang sukses dibandingkan dengan wirausaha yang gagal atau bangkrut yaitu terletak pada dinamika dan efektivitas kepemimpinan. Sifat kepemimpinan memang ada dalam diri masing-masing individu dalam menyesuaikan diri dengan organisasi atau orang yang ia pimpin.
Ada pemimpin yang disenangi oleh bawahan, mudah memimpin sekelompok orang, ia diikuti, dipercaya oleh bawahannya. Namun ada pula pemimpin yang tidak disenangi
bawahan, atau ia tidak senang kepada bawahannya, ia mau mengawasi bawahannya tetapi tidak ada waktu untuk itu. Menanam kecurigaan kepada orang lain, pada suatu ketika kelak akan berakibat tidak baik pada usaha yang sedang dijalankan. Pemimpin yang baik harus mau menerima kritik dari bawahan, ia harus bersifat responsive.
Ada sifat kepribadian yang dapat dipandang berhubungan positif dengan perilaku pemimipin dan mempunyai korelasi tinggi ialah: popularitas, keaslian, adaptabilitas, ambisi, ketekunan status sosial, status ekonomi, maupun berkomunikasi.
e. Keorisinilan
Sifat orisinil ini tentu tidak selalu ada pada diri seseorang. Yang dimaksud orisinil disini adalah ia tidak hanya mengekor pada orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide yang orisinil, ada kemampuan untuk melaksanakan sesuatu.
Orisinil tidak berarti baru sama sekali tidak berarti baru sama sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi dari komponen-komponen yang sudah ada, sehingga menghasilkan sesuatu yang baru. Bobot kreativitas orsinil suatu produk akan tampak sejauh manakah  ia berbeda dari apa yang sudah ada sebelumya.
Sifat keorisinilan seorang wirausaha menuntut adanya kreativitas dalam pelaksanaan tugasnya. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubangan baru antara unsur, data, variable yang sudah ada sebelumnya. Modal utama seorang wirausaha adalah kreativitas, keuletan, semangat pantang menyerah.
f. Beriorentasi  ke masa depan
Seorang wirausaha haruslah perspektf, mempunyai view kedepan, apa ia hendak ia lakukan, apa yang ingin ia capai? Sebab sebuah usaha bukan didirikan untuk sementara, tetapi untuk selamanya. Oleh sebab itu, faktor kontinuitasnya harus dijaga dan pandang harus ditujukan juah kedepan.
Menghadapi persaingan yang semakin kompleks dan persaingan ekinomi global, maka kreatifitas menjadi sangat penting untuk menciptakan keunggulan kompetitif, dan kelangsungan hidup bisnis. Dunia bisnis memerlukan sumber daya manusia kreatif dan inofatif dan berjiwa kewirausahaan.
g.  Kreativitas
Bagi kalangan wirausaha, tingkat kreativitas akan sangat menunjang kemajuan bisnisnya. Didalam ajaran agama, ditengah masyarakat kita dikenal “ Bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari har ini”. Akan tetapi ini tinggal semboyang saja, tidak aplikatif dimasyarakat. Sementara orang Jepang dengan berbagai kegiatan produksi dan distribusinya mengalami kemajuan pesat dari dulu sampai sekarang, dan untuk masa yang akan datang. Ini perlu kita tiru, dengan berbagai bentuk usaha memacu kreativitas.
Mengahadapi persaingan yang begitu kompleks dan persaingan ekonomi  global, maka kreativitas menjadi sangat penting untuk menciptakan keunggulan kompetitif dan kelangsungan hidup bisnis. Dunia bisnis sangat memerlukan sumber daya manusia kreatif. Prinsip dasar yang penting adalah dalam wirausaha diperlukan orang-orang yang kreatif, inofatif, disiplin, memiliki daya cipta, thinking new think and doing new thing or create the new and different.
h. Konsep 10 D dari Bygrave

10) Distribute


4) Detemination
5) Dedication
6) Devotion

7) Details
8) Destiny
9) Dollars

Selanjutnya dapat digambarkan beberapa karakteristik  dari wirausahaan yang berhasil memiliki sifat-sifat yang dikenal dengan istilah 10 D (Bygrave, 1994:5)
1) Dream
2) Decisiveness
3) Doers

i. Beberapa kelemahan wirausaha indonesia
Heidjrachman Ranu Pandojo (1982 : 16) menulis bahwa sifat-sifat kelemahan orang kita bersumber pada kehidupan penuh raga, dan kehidupan tanpa pedoman, dan tanpa orientasi yang tegas.
Lebih rinci kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
1). sifat mentalitet yang meremehkan mutu.
2). sifat mentalitet yang suka menerabas.
3). sifat tak percaya kepada diri sendiri.
4). sifat yang tak berdisiplin murni.
5). sifat mentalitet yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh.

j. pemanfaatan waktu      
Dengan tidak disadari selama hidup kita, katakanlah sampai 60 tahun, banyak sekali waktu yang kita habiskan untuk berbagai keperluan. Kegiatan yang dilakukan ada yang bersifat sangat produktif, sedang dan kurang produktif. Agar bangsa kita lebih produktif, tidak banyak santai, kita harus bekerja keras mencapai kemajuan segala bidang. Bagi wirausahaan hari libur tidak banyak, bahkan mereka menganggap hari libur sebagai peluang bisnis, merka tidak libur, tapi melayani kebutuhan masyarakat yang sedang berlibur. Pada waktu yang tepat mereka juga akan mengatur liburnya.


3. Peran kewirausahaan
Kewirausahaan adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan dikembangkan. Oleh karena itu, sebelum menjadi wirausahawan dapat mempertimbangkan manfaat menjadi wirausahawan dan menjadi pemilik bisnis. Manfaat itu antara lain:
a. peluang mengendalikan sendiri : memberikan kebebasan dan peluang untuk menentukan sasaran yang penting bagi dirinya.
b. kesempatan melakukan perubahan: melakukan perubahan yang dianggap penting.
c. peluang untuk meggunakan potensi sepenuhnya: bisnis merupakan alat aktualisasi diri dimana pertumbuhan diri hanya dibatasi oleh bakat atau kekuatan sendiri.
d. peluang untuk meraih keuntungan tanpa batas: keuntungan tanpa batas bisa menjadi motivasi untuk menciptakan kekayaan atau memperoleh lebih banyak kesenangan.
e. peluang untuk berperang bagi masyarakat dan mendapatkan pengakuan atas usaha sendiri: memberikan citra yang baik bagi perekonomian nasional atau masyarakat sekitarnya adalah kepuasan pribadi baginya.
f. peluang melakukan sesutau yang disukai: membuat pekerjaannya menjadi suatu kesenangan  hidup karena tertarik dan menyenangi pekerjaan tersebut.


Kelemahan menjadi wirausahawan antara lain adalah:
a. pendapatan yang tidak pasti: bisnis yang dijalankan belum memberikan kepastian akan jaminan cukup uang untuk hidup sesuai dengan yang diinginkan. Pemilik adalah orang terakhir mendapatkan gaji, tetapi menjadi orang menanggung kerugian.
b. resiko kehilangan seluruh investasi: tingkat kegagalan bisnis relatif tinggi. Berdasarkan penelitian bahwa 24% bisnis baru, gagal dalam 2 tahun, 51% tutup dalam waktu 4 tahun, dan 63% gulung tikar setelah 6 tahun. Penelitian ini membuktikan bahwa wirausahaan patut mempersiapkan diri secara psikolog dampak kegagalan.
c. kerja lama dan kerja keras: mebutuhkan tenaga ekstra disaat pegawai lain tidak bekerja karena harus mampu memberikan waktu lebih dari yang diharapkan pelanggangnya rela untuk tidak menerima upahnya. Bersedia bekerja keras.
d. mutu hidup yang rendah sampai bisnisnya mapan: waktu yang tersita hanya untuk bisnis dan seringkali keluarga terabaikan padahal pemula bisnis di Indonesia biasanya usia 25 tahun dan usia tersebut adalah usia membentuk keluarga.
e. ketenggangan mental yang tinggi: ketenggangan mental terjadi akibat penanaman modal yang terdampak pada kekhawatiran akan mengelolanya. Frustasi sering diderita tatkala lingkungan ekonomi melemahkan kekuatan modalnya.
f. tanggung jawab penuh: kemampuan menguasai keahlian hanya tergantung saja dan tidak disemua bidang, oleh karena itu keputusan seringkali membebaninya dengan ketidakyakinan atas hasil. Biasanya karena kurang pengalaman dan pengetahuan.

4. Peran Wirausaha dalam Perekonomian Nasional
Seorang wirausaha berperan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal seorang wirausaha berperan dalam mengurangi tingkat kebergantungan terhadap orang lain, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan daya beli pelakunya. Secara eksternal, seorang wirausaha berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi para pencari kerja. Dengan terserapnya tenaga kerja oleh kesempatan kerja yang disediakan oleh seorang wirausaha, tingkat pengangguran secara nasional menjadi berkurang.
Menurunnya tingkat pengangguran berdampak terhadap naiknya pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat, serta tumbuhnya perekonomian secara nasional. Selain itu, berdampak pula terhadap menurunnya tingkat kriminalitas yang biasanya ditimbulkan oleh karena tingginya pengangguran.
Seorang wirausaha memiliki peran sangat besar dalam melakukan wirausaha. Peran wirausaha dalam perekonomian suatu negara adalah:
a. Menciptakan lapangan kerja
b. Mengurangi pengangguran
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat
d. Mengombinasikan faktor–faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan keahlian)
e. Meningkatkan produktivitas nasional




B. Wiraswasta
1. Pengertian Wiraswasta

Secara etimologis, wiraswasta merupakan suatu istilah yang berasal dari kata “wira” dan “swasta”. Wira berarti berani, utama, atau prakasa. Swasta merupakan paduan dari dua kata: “swa” dan “sta”. Swa artinya sendiri, sedangkan sta berarti berdiri. Swasta dapat diartikan sebagai berdiri menurut kekuatan sendiri. Dengan mempertimbangkan artian etimologis ini, maka ternyata, wiraswasta bukan berarti usaha partikelir, usaha sampingan, keterampilan berusaha sendiri dan sebagainya seperti yang dikemukakan oleh sebagian orang.
Berdasar pada ungkapan etimologis di atas, kita dapat memperoleh pengertian yang lebih luas tentang apakah wiraswasta itu. Wiraswasta ialah keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri. Dengan demikian, pengertian wiraswasta bukan hanya sekedar usaha partikelir atau kerja sambilan diluar dinas Negara, melainkan sifat-sifat keberanian, keutamaan, keuletan, dan ketabahan seseorang dalam usaha memajukan prestasi kerakyatan, baik di bidang tugas kenegaraan maupun partikelir dengan menggunakan kekuatan sendiri, ini tidak berarti, bahwa orang wiraswasta mesti selalu berkarya sendiri tanpa ikut sertanya orang lain.
Wiraswasta berarti keberanian, keutamaan, serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan sastra memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri. (Wasty Soemanto, 1984:43)

2. Ciri-Ciri Manusia Wiraswasta
Secara umum dapat dikatakan, bahwa manusia wiraswasta orang yang memiliki potensi untuk berprestasi. Ia senantiasa memiliki motivasi yang besar untuk maju berperstasi. Dalam kondisi dan situasi yang bagaimanapun, manusia wiraswasta mampu menolong dirinya sendiri di dalam mengatasi permasalahan hidupnya. Dengan kekuatan yang ada pada dirinya, manusia wiraswasta mampu berusaha untuk memenuhi setiap kebutuhan hidupnya. Disamping itu, manusia wiraswasta mampu mengatasi kemiskinan, baik kemiskinan lahir maupun kemiskinan batinnya tanpa menunggu pertolongan/bantuan dari Negara atau instansi pemerintahan, ataupun bantuan dari kelompok atau instansi sosial.
Manusia wiraswasta tidak suka bergantung kepada pihak lain di alam sekitarnya. Dalam setiap usaha memajukan kehidupan diri serta keluarga, manusia wiraswasta tidak suka hanya menunggu uluran tangan dari pemerintah ataupun pihak lainnya di dalam masyarakat. Bahkan manusia wiraswasta tidak suka tergantung kepada alam (misalnya cuaca panas, dingin dan hujan, ataupun keadaan dan kondisi alam). Manusia wiraswasta tidak mudah menyerah kepada alam. Justru manusia wiraswasta selalu berupaya untuk bertahan dari tekanan alam atau jikalau perlu berusaha untuk menundukkan alam, di mana ia hidup dan berpijak.
Kalau kita membayangkan sepintas lalu mengenai ciri-ciri manusia wiraswasta seperti yang dikemukakan di atas, kita untuk sementara dapat bergumam: betapa hebatnya! Bagaimana mungkin kualitas manusia seperti itu dapat dicapai, itu semua hanyalah bayangan ideal. Hal yang sebenarnya adalah tidak seperti yang kita bayangkan demikian itu. Bagaimanapun juga kualitas manusia semacam itu dapat di pelajari. Setiap orang mempunyai kemungkinan yang sama untuk dapat mencapai kualitas manusia semacam itu. Tercapai dan tidak kualitas manusia wiraswasta ditentukan oleh hal belajar seseorang. Apabila seseorang memiliki kemauan, ketekunan dan keuletan dalam hal belajar,  niscaya pintu akan terbuka lebar bagi orang itu untuk mencapai kualitas manusia wiraswasta. Di sinilah letak pentingnya pendidikan manusia wiraswasta.
Untuk mencapai atau memiliki kualitas manusia wiraswasta, seseorang harus memiliki kekuatan sebagai modal. Sedang untuk memiliki modal kekuatan ini orang harus belajar, sehingga padanya terdapat sumber daya manusia. Sumberdaya manusia terkandung di dalam pribadinya. Besar tidaknya sumber daya manusia itu tergantung pada kuat tidaknya pribadi manusia itu. Dari dalam pribadi yang kuat, tumbuhah motivasi dan potensi untuk maju dan berprestasi. Sebaliknya, dari pribadi yang lemah terpancar benih-benih sikap dan pikiran yang kerdil, picik, dan miskin.
Tidak semua orang mampu untuk mengenal diri sendiri. Manusia cenderung lebih banyak memperhatikan tingkahlaku atau perbuatan orang lain. Oleh karena itu manusia cenderung lebih banyak mengadakan penilaian terhadap tingkahlaku dan prestasi orang lain, sehingga banyak mengadakan penilian terhadap tingkahlaku dan prestasi orang lain, sehingga banyak manusia yang jarang mengadakan penilaian terhadap diri sendiri. Itulah sebabnya mengapa dikatakan, bahwa tidak semua orangdapat mengenal diri sendiri. Orang yang mampu mengenal diri akan menyadari, bahwa di dalam dirinya terdapat kelemahan ataupun kekuatan  pribadi. Pribadi yang lemah dilandasi oleh jiwa yang pesimis, statis, tergantung dan masa bodoh, sedangkan jiwa yang kuat dilandasi oleh jiwa yang optimis, dinamis dan kereatif. Bagaimana ciri-ciri pribadi yang kuat? Kita hendaknya tidak membiarkan diri untuk dikuasai oleh jiwa yang kerdil (penuh dengan pestimistis, statis, ketergantungan dan kebodohan). Bilamana orang membiarkan dirinya terkuasai oleh jiwa kerdilnya, maka ia akan memperoleh kehidupan yang kerdil pula. Oleh karena ituorang hendaknya selalu belajar, agar dirinya terkuasai oleh jiwa besar (penuh dengan sifat optimistis, dinamis, dan kreatif).
Persoalan maju dan tidaknya kehidupan manusia, tergantung pada manusianya sendiri. Ia berusha melengkapi diri dengan jiwa besar ataukah dengan jiwa kerdilnya. Sebagai orang tua atau generasi tua, kita tentunya tidak akan mengarapkan kehidupan anak dan cucu yang penuh dengan penderitaan kemiskinan hanya akibat dari kekuasaan jiwa yang kerdil. Demikian pula apabila kita mengaku sebagai kaum muda yang sedang belajar, tentunya kita tidak akan membiarkan diri pribadi kita terkuasai oleh jiwa yang kerdil pula.
Berikut ini akan dikemukankan ciri-ciri manusia wiraswasta. Seperti telah disinggung-singgung di atas, bahwa tanda manusia wiraswasta adalah berkepribadian kuat. Manusia yang berkepribadian kuat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki moral yang tinggi
            Manusia yang bermoral tinggi itu setidak-tidaknya memiliki/menjalankan enam sifat utama:
a) ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
Manusia wiraswasta memiliki moral yang tinggi. Manusia yang bermoral tinggi bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Diri kita beserta seluruh semesta ini diciptakan oleh Tuhan. Atas dasar kasih sayang-Nya yang besar, diciptakannya alam semesta beserta segenap isinya untuk menghidupi ummatnya. Untuk dapat memanfaatkan dan menikmati alam semesta ini.
b) kemerdekaan batin
Manusia yang bermoral tinggi memiliki kemerdekaan batin. Orang yang memiliki batin merdeka, tidak mengalami banyak gangguan, kekhawatiran serta tekanan-tekanan di dalam jiwanya. Dengan adanya kemerdekaan batin ini, maka tumbuhlah keberanian seseorang untuk  berbuat dan berusaha untuk maju.
c) keutamaan
d) kasih sayang terhadap sesama manusia
e) loyalitas hukum
f) keadilan

2. Sikap mental wiraswasta
Manusia yang bermental wiraswasta mempunyai kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidupnya. Tujuan yang samar-samar kurang memberikan motivasi pada diri seseorang untuk berusaha mencapainya. Apabila berkemauan keras, maka jalan akan terbuka sehingga kita dapat mencapai tujuan kita.
Disamping berkemauan keras, manusia yang bersikap mental wiraswasta memiliki keyakinan yang kuat atas kekuatan yang ada pada dirinya. Keyakinan yang kuat dapat kita tumbuhkan di dalam jiwa kita dengan syarat:
a. kita harus mengenal diri kita sendiri sebagai makhluk yang memiliki kelemahan, namun memperoleh anugerah kekuatan diri Yang Maha Kuasa untuk menguasai kelemahan kita itu.
b. kita harus percaya kepada diri sendiri,bahwa kita memiliki potensi tersendiri yang tidak kurang kuatnya dengan apa yang dimiliki oleh orang lain.
c. kita harus mengetahui dengan jelas terhadap tujuan-tujuan serta kebutuhan kita dimana kita dapat mendapatkannya, bagaimana cara-cara untuk mencapai atau memenuhinya, serta kapan/berapa lama target waktu untukmencapai/memenuhinya.

Manusia yang memiliki sikap mental dapat disimpulkan setidak-tidaknya memiliki enam kekuatan mental yang membangun kepribadian yang kuat:
1) berkemauan keras
2) berkeyakinan kuat atas kekuatan pribadi; untuk ini diperlukan:
     a. pengenalan diri
     b. kepercayaan pada diri sendiri
     c. pemahaman tujuan dan kebutuhan
3) kejujuran dan tanggungjawab; yang untuk ini diperlukan adanya:
     a. moral yang tinggi
     b. disiplin  diri sendiri
4) ketahanan pisik dan mental; yang untuk ini diperlukan:
     a. kesehatan jasmani dan rohani
     b. kesabaran
     c. ketabahan
5) ketekunan dan keuletan untuk bekerja keras.
6) pemikiran yang konstruktif dan kreatif.

3. Kepekaan jiwa wiraswasta terhadap arti lingkungan
Bagi manusia wiraswasta setidak-tidaknya harus memiliki empat hal agar dirinya peka/sensitif terhadap lingkungan kehidupannya:
a. pengenalan terhadap arti lingkungan
b. rasa syukur atas segala yang diperoleh dan dimiliki
c. keinginan yang besar untuk menggali dan mendayagunakan sumber-sumber ekonomi lingkungan setempat.
d. kepandaian untuk menghargai dan memanfaatkan waktu secara efektif.

Dengan memiliki keempat hal tersebut diatas, maka diharapkan manusia wiraswasta memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan bagi usaha memajukan kehidupannya, karena kemajuan dan prestasi belajar dan bekerjanya manusia memerlukan berbagai sumber. Dan sumber itu terdapat dalam lingkungannya.

4. Keterampilan wiraswasta
Untuk menjadi manusia wiraswasta diperlukan beberapa keterampilan seperti dibawah ini:
a. ketrerampilan berpikir kreatif
b. keterampilan dalam pembuatan keputusan
c. keterampilan dalam kepemimpinan
d. keterampilan manajerial
e. keterampilan dalam bergaul antar manusia (“human relations”)





DAFTAR PUSTAKA


Alma, Buchari. 2003. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta, CV.
Juhanis. 2014. Manajemen Kewirausahaan Islam. Makassar: Alauddin Univercity Press.
Kasmir. 2009. Kewirausahaan. Jakarta. Rajawali Pers.
Muslimin dan Jamaluddin. 2010. Pengantar Kewirausahaan. Makassar: Alauddin Press.
Nitisusastro, Mulyadi. 2012. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Bandung: Alfabeta, CV.
Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam. 1997. Pemuda dan Kewirausahaan. Jakarta: CV. Kuning Mas.
Rahman , M. Rusydi. Kewirausahaan. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Rivai, Veithzal, dkk. Perpormance Appraisal. Rajawali Press.
Saiman, Leonardus. 2014. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Soemanto, Wasty.2008. Pendidikan Wiraswasta. Jakarta: PT Bumi Askara.
Suryana, Yuyus dan Kartib Bayu. 2010. Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses. Jakarta: Kencana.
Syam’un. 2012. Manajemen Kewirausahaan. Makassar: Alauddin University Press.
Wibowo. 2013. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Press.
Wijandi, Soekarsono. 2004. Pengantar Kewirausahaan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Winardi, J. 2008. Etrepreneur dan entrepreneurship. Jakarta: Kencana. 


Wirausaha dan Wiraswasta, Perbedaan, Pengertian, Sifat, Peran Serta Ciri-Ciri Wirausaha dan Wiraswasta, Perbedaan, Pengertian, Sifat, Peran Serta Ciri-Ciri Reviewed by Arbor Azure on August 09, 2019 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.