Pembahasan kali ini mengenai peradaban Islam di Andalusia Spanyol. Special Thanks to NUMUT (Nurmagfirah Mutmainnah) dan PANDA (Putri Ananda) yang telah menyelesaikan makalah ini. Selamat membaca semoga bermanfaat dan terimakasih untuk tidak plagiat atau melakukan plagiarism.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDAHULUAN
Di awal abad ke-7 masehi, ketika Nabi Muhammad SAW
memuliai misinya di negeri Arab, seluruh pantai laut tengah merupakan bagian
dari dunia masyarakat Kristen sepanjang Eropa, Asia, dan pantai Afrika Utara
ditinggali penduduk yang beragama Kristen dari berbagai sekte. Hanya dua agama
lain di dunia Romawi – Yunani, yakni Yahudi dan Manichaesime, yang bertahan dan
dianut oleh sebagian kecil penduduk di sana.
Setelah berakhirnya periode klasik, ketika Islam mulai
memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan
itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa
mengalahkan kemajuan-kemajuan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan
politiknya. Kemajuan – kemajuan Eropa ini tidak dapat dipisahkan dari
pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Spanyol Islam-lah Eropa banyak menimba
ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol
merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting menyaingi Baghdad di Timur.
Ketika itu orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di beberapa perguruan
tinggi di sana. Islam menjadi “Guru” bagi orang Eropa. Oleh karena itu, kehadiran
Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.
Kemajuan Islam sebelah timur menginjak zaman emasnya,
bagian baratnya di Spanyol pun memasuki masa yang sama gemilangnya. Ini adalah
masa yang lebih penting artinya, karena terutama melalui keislaman di Spanyol
inilah kebudayaan Kristen pada awal abad pertengahan, yang kemudian melahirkan
suatu peradaban yang diwarisi oleh orang Barat dewasa ini.
Sejarah telah mencatat bahwa peradaban Islam pernah
mencapai puncak kejayaannya, berkat adanya ketekunan pemeluk Islam dalam
mencari dan menyebarkan ilmu pengetahuan. Hal tersebut dikarenakan adanya
dorongan yang kuat dari ajaran Islam itu sendir, yang dapat membuat pemeluknya
lebih giat dalam menggali dan menemukan sesuatu yang baru dan berguna bagi umat
manusia.
Sementara itu, keadaan sebaliknya terjadi di dunia
Barat. Orang akan heran jika melihat Eropa sebelum abad X karena pada waktu itu
Eropa masih merupakan dunia dengan tanahnya yang gersang dan tandus dari ilmu
pengetahuan. Dengan adanya kegiatan penerjemahan buku-buku berbahasa Arab hasil
karya para pemikir Islam ke dalam bahasa-bahasa Eropa, maka terbukalah pintu
ilmu pengetahuan di Eropa.
B. MASUKNYA
ISLAM DI SPANYOL
Semenanjung Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah
spanyol dan wilayah Portugal sekarang ini, menjorok ke selatan ujungnya hanya
dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika. Bangsa Grik Tua
menyebut selat sempit itu dengan tiang-tiang Hercules dan di seberang selat
sempit itu terletak benua Eropa. Selat sempit itu sepanjang kenyataan
memisahkan lautan Tengah dengan lautan Atlantik.
Semenanjung Iberia, sebelum ditaklukkan bangsa
Visigoths pada tahun 507 M , didiami oleh bangsa Vandals. Justru wilayah
kediaman mereka itu disebut dengan Vandalusia. Dengan mengubah ejaannya dan
cara membunyikannya, bangsa Arab pada masa belakangangan menyebut semenanjung
Iberia itu dengan Andalusia.
Sejarah bangsa Vandal tidak banyak diketahui karena
sebelum mereka sempat berbuat banyak, pada permulaan abad keenam datanglah
bangsa Gothia Barat merebut negeri itu dan mengusir bangsa Vandalusia ke
Afrika. Pada permulaan berdirinya kerajaan Gothia di Spanyol merupan kerajaan
yang sangat kuat, tetapi pada akhir pemerintahannya menjadi lemah dengan
berdirinya wilayah-wilayah kecil sebagai akibat adanya perpecahan dalam
pemerintahan.
Disamping itu,
pejabat wilayah kerajaan banyak yang hidup dalam kemewahan, sementara
rakyat hidup dalam kemelaratan kerena banyak dan beratnya pajak yang harus
mereka bayar. Hal tersebut menimbulkan kegelisahan di kalangan rakyat, banyak
di antara mereka yang mengeluh dengan keadaan itu. Suasana yang demikian bertambah
panas, ketika pejabat Gothia Barat memaksa penduduk yang beragama Yahudi agar
masuk Nasrani. Orang-orang Yahudi dikejar-kejar, dan untuk mencari keselamatan
dirinya, banyak yang masuk agama Nasrani walaupun dengan terpaksa. Dikarenakan
tidak mempunyai kekuatan untuk melawan, maka mereka hanya berdiam diri walaupun
merasa menderita dengan perlakuan tersebut. Namun dalam hati, mereka selalu
mengharapkan suatu waktu dapat melepaskan diri dari penguasa-penguasa zalim
itu. Mangkatnya Witiza sebagai Raja Gothia Barat yang terakhir merupakan
pembuka jalan bagi rakyat Spanyol untuk keluar dari kungkungan penderitaan yang
telah lama mereka rasakan.
Sepeninggal Witiza terjadi perebutan kekuasaan antara putra
Witiza dengan Roderick, panglima perang Spanyol, yang ingi menjadi raja. Putra
Witiza merasa lebih berhak menggantikan ayahnya. Namun, ia tidak mampu
menghadapi Roderick. Oleh karena itu, Putra Witiza bersekutu dengan Graff
Yulian yang sudah lama bermusuhan dengan Roderick. Bersekutunya dua kekuatan
itu tarnyata belum dapat mematahkan pertahanan Roderick. Oleh karena itu, untuk
menambah kekuatan, Graff Yulian meminta bantuan Musa bin Nushair yang menjabat
sebagai gubernur Afrika Utara di bawah Pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus.
Sesungguhnya Musa telah lama mencari kesempatan untuk
menyebrang ke Spanyol, maka dengan permohonan Graff itu berarti telah datang
kesempatan yang telah lama ditunggunya sekian lama.
Ada beberapa hal yang mendorong Musa bin Nushair
mengabulkan permohonan Graff Yulian, di antaranya adalah:
1. karena antara penduduk Spanyol dengan Afrika Utara terlibat dalam
suasana perang. Sebab penduduk Spanyol terutama yang beragama Kristen pernah
melakukan beberapa kali penyeranganterhadap daerah pantai Afrika yang sudah
dikuasai oleh kaum muslimin;
2. penduduk Spanyol pernah memberikan bantuan kepada tentara Romawi dan
berusaha menduduki beberapa daerah muslim di pantai Afrika. Dasar pertimbangan
itu dikemukakan Musa pada Khalifah Walid bin Abdul Malik, sewaktu Musa minta
izin untuk mengirimkan bantuan tentara ke Spanyol. Khalifah menyetujui rencana
Musa.
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah
Al-Walid (705-715M), salah seorang khalifah Bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara
dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Umayyah. Penguasaan
sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705
M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man Al-Ghassani menjadi
gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah Al-Walid, Hasan bin Nu’man sudah
digantikan oleh Musa bin Nushair. Di zaman Al-Walid itu, Musa bin Nushair
memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain
itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa
Barbar di pegunungan pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji
tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan
sebelumnya.
Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di
kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan
Romawi, yaitu Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang
kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam
mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian,
Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah
Spanyol.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan
Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan pasukan ke wilayah
tersebut. Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin ziyad, dan Musa bin
Nushair.
Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik.
Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan
satu pasukan perang, 500 orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka
menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan
ituTharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke
Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh
keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigoths
yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar unruk
memperoleh harta rampasan perang, Musa bin Nushair pada tahun 711 M mengirim
pasukan ke Spanyol sebanyak 7.000 orang di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad.
Sejarah mencatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh
pasukan selesai mendarat di wilayah tersebut, membakar seluruh alat
penyebrangan. Ia pun mengucapkan pidato singkat yang bersejarah: Al-Aduwwu amamakum wal bahru wara’akum
fakhtar ayyuma syi’tum. (Musuh di depan kamu, lautan di belakang kamu,
silahkan pilih mana yang kamu kehendaki).
Sorak sorai pasukan yang berkekuatan 12.000 pada tahun
93 H/711 M, yang memilih maju kedepan, telah meninggalkan jejak besar di dalam
sejarah Islam. King Roderick maju dengan pasukan berkekuatan 100.000 orang.
Jumlah pasukannya besar, tetapi semangat tempurnya telah dikalahkan oleh
kemewahan hidup selama ini. Pertempuran di Guadalete pada tahun 711 M, di
pinggir sungai Guadalquivir, telah menentukan nasib kerajaan Visigoths. King
Roderick tewas di tempat itu. Sikap penduduk yang apatis, karena dihisap dan
diperas dengan beban-beban pajak yang
berat, dan bantuan aktif dari pihak Yahudi, yang menderita siksaan dan
penindasan selama ini, sekaligus telah menyebabkan pasukan panglima Thariq bin
Ziyad bagaikan berlari-lari layaknya ke berbagai penjuru semenanjung Iberia.
Sebuah factor lainnya sangat menentukan bagi mempercepat kemenangan itu ialah
disiplin yang ketat dari pasukan besar tersebut, memperlakukan penduduk dengan
baik pada setiap wilayah yang dikuasai, memperlihatkan ketaatan dan kepatuhan
menjalankan kebaktian-kebaktian keagamaan setiap harinya.
Dalam penyerbuan ke Spanyol, Thariq bin Ziyad lebih
dikenal sebagai penakluk kerena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata,
pasukannya terdiri dri sebagian besar suku Barbar yang di dukung oleh Musa bin
Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah Al-Walid. Pasukan
itu kemudian menyebrangi selat di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad tempat di
mana Thariq dan pasukannya mendarat untuk pertama kali, kemudian dikenal dengan
nama Gibraltar –Jabal Thariq , Bukit Thariq, diambil dari namanya sendiri
Thariq.
Dengan dikuasainya daerah ini maka terbukalah pintu
secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang
bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari sini Thariq dan pasukannya
terus menaklukkan kota-kota penting seperti Cordova, Granada, dan Toledo (ibu
kota kerajaan Gothik ketika itu). Daerah Visigoth di Spanyol termasuk juga
provinsi Narbonne (sekarang Prancis selatan) dan ini juga diduduki Islam dalam
tahun 715 atau sesudahnya.
Sebelum Thariq menaklukan kota Toledo, ia meminta
tambahan pasukan kepada Musa bin Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkn
tambahan pasukan sebanyak 5.000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq
seluruhnya 12.000 orang, jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Gothik yang
jauh lebih besar, yaitu 100.000 orang.
Dikarenakan cemburu terhadap kemenangan-kemenangan
yang diraih letnannya yang tidak disangka sangat luar biasa itu, Musa pun
dengan tergesa-gesa berangkat ke Spanyol pada bulan Juni 712, sambil memimpin
pasukan tentara yang berjumlah 10.000 orang, semuanya terdiri dari orang-orang
Arab dan Arab-Syiria. Sebagai sasaran dipilihlah kota-kota dan kubu-kubu yang
tidak diganggu oleh Thariq, seperti Medina, Sedonia, dan Carmona. Sevilla yang
merupakan kota terbesar dan pusat kecerdasan Spanyol dan yang pernah menjadi
ibu kota pada zaman Romawi, mempertahankan diri hingga akhir Juni 713. Akan
tetapi dekat kota Merida, Musa menemui perlawanan yang sengit. Namun demikian,
setelah terkepung selama setahun, setapak demi setapak kota itu dapat diduduki
dalam bulan Juli 713 M. Musa kemudian bergabung dengan Thariq di Toledo.
Selanjutnya keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol,
termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada
masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abd Al-Aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini
sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis
Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada As-Samah, tetapi usahanya itu
gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H.
Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada
Abdurrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordesu,
Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, di antara
kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan
ke Prancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.
Sesudah itu masih juga terdapat berbagai penyerangan,
seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang
terdapat di Laut Tengah Mallorca, Corsia, Sardinia, Certa, Rhodes, Cyprus dan
sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayyah.
Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya
dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan
melebar jauh menjangkau Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Sejak
pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir
di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih
dari 7,5 abad.
Menurut Prof. Dr. Hamka, kekuasaan Islam di Spanyol itu dibagi kepada
tiga masa berikut.
1) suatu provinsi dari kerajaan Bani Umayyah di Damaskus (Damsik)
diperintah oleh wakil khalifah yang dikirim kesana, mulai tahun 93 H sampai 138
H.
2) diperintah oleh para amir yang berdiri sendiri, terpisah dari khalifah
Bani Abbas di Baghdad, dimulai oleh Amir Abdurrahman Ad-Dakhlil pada tahun 138
H sampai 315 H.
3) Abdurrahman An-Nashir memaklumkan dirinya menjadi khalifah di
Andalusia, yaitu mulai tahun 315 H sampai 422 H.
Dalam kurun waktu 7,5 abad, Islam Spanyol telah
berkembang dengan pesatnya yang pada gilirannya mampu membawa dampak yang
sangat besar bagi dunia keilmuan dan pengetahuan yang terjadi di Eropa pada
umunya.
Selama Islam berkuasa di Spanyol, banyak terdapat penguasa negeri yang
memerintah, diantaranya adalah
1. Amar-Amir Bani Umayyah,
2. Khalifah-Khalifah Bani Umayyah,
3. Daulah Ziriyah di Granada,
4. Daulah Bani Hamud di Malaga,
5. Daulah Bani Daniyah,
6. Daulah Bani Najib dan Bani Hud di Saragosa,
7. Daulah Aniriyah di Valensia,
8. Daulah Bani Ubbad di Sevilla,
9. Daulah Jahuriyah di Cordova,
10. Daulah Bani Zin-Nun di Toledo, dan
11. Daulah Bani Ahmar di Spanyol.
DunIa Islam di Spanyol mengalami kemajuan dalam ilmu
pengetahuan dan kebudayaan, semenjak dierintah oleh para Amir keturunan Bani
Umayyah yang berdiri sendiri terpisah dari pemerintahan Bani Abbasiyah di
Baghdad, dimulai dari Abdurrahman Ad-Dakhil. Pada tahun 756 M, kekayaan
pengetahuan dan intelektual di Islam Spanyol sangatlah besar pengaruhnya di
Eropa, baik filsafat, sains, fiqh, music, kesenian, bahasa, sastra maupun
pembangunan fisik.
C.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN ISLAM MUDAH MASUK SPANYOL
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam tampak
begitu mudah. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari adanya factor eksternal
dan internal yang menguntungkan.
Yang dimaksud factor eksternal adalah suatu kondisi
yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol
oleh orang-orang Islam, kondisi social, politik, dan ekonomi negeri ini berada
dalam keadaan yang menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak
dan terbagi kedalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic
bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu
aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agam lain, Yahudi. Penganut agama
Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis
menurut agama Kristen. Sedangkan yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara
brutal.
Perpecahan politik memerburuk keadaan ekonomi
masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan
lumpuh. Padahal waktu Spanyol berada di bawah kekuasaan Romawi, berkat
kesuburan tanahnya, pertanian dan perdagangan, serta industry maju pesat. Akan
tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian
lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun.
Buruknya kondis social, ekonomi, dan keagamaan
tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk
terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang
dikalahkan Islam.
Awal kehancuran kerajaan Goth adalah ketika Raja
Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Sevilla ke Toledo, sementara
Witiza, yang saat itu menjadi penguasa wilayah Toledo, diberhentikan begitu
saja. Keadaan ini memancing amarah Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza.
Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk untuk menjatuhkan Roderick.
Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu
terjadi pula koflik antara Roderick dengan ratu Julian, mantan penguasa wilayah
Septah. Julian juga bergabung dengan kaum muslimin di Afrika Utara dan
mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan
pinjaman empat buah kapal yang digunakan oleh Tharif, Thariq, dan Musa.
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa
tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi
memiliki semangat perang. Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan
juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum
muslimin.
Sedangkan yang dimaksud dengan factor internal adalah
suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, beberapa tokoh pejuang dan
para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada
khususnya. Para pemimpin adalah tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu,
dan penuh percaya diri. Merekapun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi
setiap persoalan. Yang tidak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang
ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan
tolong-menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam
pribadi kaum muslimin menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di
wilayah tersebut.
D.
PERKEMBANGAN ISLAM DI SPANYOL
Sejak pertama kali Islam menginjakkan kaki di Spanyol
hingga masa jatuhnya, Islam memainkan peran yang sangat besar. Islam di Spanyol
telah berkuasa selama tujuh setengah abad. Menurut Dr. Badri Yatim, sejarah
panjang Islam di Spanyol dapat dibagi dalam enam periode.
1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan
para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada
periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna,
berbagai gangguan masih terjadi baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
Gangguan yang datang dari dalam yaitu berupa
perselisihan di antara elite penguasa. Disamping itu, terdapat perbedaan
pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat
di Kairawan. Adapun gangguan yang datang dari luar yaitu datangnya dari
sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang tinggal di daerah pegunungan.
2. Periode Kedua (755-912 M )
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan
khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki
Spanyol, tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil. Abdurrahman
Ad-Dakhil adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani
Abbasiyah ketika Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus.
Selanjutnya Ad-Dakhil berhasil mendirikan Dinasti Umayyah di Spanyol.
Saat periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh
kemajuan baik dalam bidang politik maupun peradaban. Abdurrahman Ad-Dakhil
mendirikan Masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan
Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok”.
Pada periode ini Spanyol di perintah oleh penguasa dengan gelar khalifah. Pada
periode ini umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan
menyaingi daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman An-Nashir mendirikan
Universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki ratusan ribu buku. Pada masa ini,
masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi
beberapa Negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada periode
ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan
raja-raja golongan atau Al-Mulukuth
Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti Sevilla, Cordova, Toledo dan
sebagainya. Pada periode ini umat Islam di Spanyol kembali memasuki pertikaian
intern. Ironisnya jika terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang
bertikai itu meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Namun, walaupun
demikian, kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana
mendorong para sarjana Dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan
dari satu istana ke istana yang lain.
5. Periode Kelima (1086-1248)
Pada periode
ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi
terdapat satu kekuatan yang dominan yakni kekuasaan Dinasti Murabhitun
(1086-1143) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada
mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf bin Tasyfin fi
Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang
berpusat di Marakesy. Dan akghirnya dapat memasuki Spanyol dan menguasainya.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada periode ini kekuasaan Islam Spanyol
dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah
sehingga mengakibatkan beberapa wilayah Islam dapat dikuasai oleh kaum
Kristen. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan kekuasaan Kristen dan Sevilla
jatuh pada thun 1248 M. Hampir seluruh wilayah Spanyol Islam lepas dari tangan
penguasa Islam.
6. Periode
Keenam (1248-1492)
Pada
periode ini Islam hanya berkuasa di Granada di bawah dinasti Ahmar (1232-1492).
Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir.
Akan tetatp, secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil.
Kekuasaan Islam yang merupakan
pertahanan terakhir di Spanyol ini berkahir karena perselisihan orang-orang
istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang
kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi
raja. Ia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu,
ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad bin Sa’ad, abu Abdullah kemudian
meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua
penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah, dan Abdu Abdullah
naik tahta.
Ferdinand
dan Isabella akhirnya mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui
perkawinan, dan akhirnya mereka menyerang balik terhadap kekuatan Abu Abdullah.
Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan kekuatan Kristen tersebut
sehingga pada akhirnya kalah. Abu Abdullah akhirnya menyerahkan kekuasaan
kepada Ferdinand dan Isabella, sedangkan Abu Abdullah hijrah ke Afrika Utara.
Dengan demikian, berakhirlah keuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M. Pada
tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di wilayah ini.
Walaupun Islam telah berjaya dan dapat berkuasa di sana selama hampir tujuh
setengah abad lamanya.
E. KEMAJUAN
PERADABAN ISLAM DI SPANYOL
Kemajuan
Islam di Spanyol sangat menonjol dalam berbagai bidang, baik dalam bidang
intelektual yang mnyebabkan kebangkitan Eropa saat ini, bidang kebudayaan dalam
hal ini bangunan fisik atau arsitektur, maupun bidang-bidang lainnya. Puncak
kemajuan paradaban Islam di Spanyol berdampak bagi kemajuan peradaban Eropa.
1. Kemajuan Intelektual
a. Filsafat
Perkembangan
fildsafat di Andalusia di mulai sejak pada abad ke-8 hingga abad ke-10.
Manuskrip-manuskrip Yunani telah diteliti dan diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab. Pada masa khalifah Abbasiyah, Al-Mansyur (754-755 M) telah dimulai
aktivitas penerjemahan hingga masa khalifah Al-Makmun (813-833 M). Ada masanya
banyak karya Aristoteles yang diterjemahkan.
Tokoh
utama dan pertama dalam sejarah filsafat Arab Spanyoladalah Abu Bakar Muhammad
bin As-Sayigh yang dikenal dengan Ibnu Bajjah. Masalah yang bin qzhan. Tokoh
Yadikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir
Al-Mutawahhid. Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr bin Thufail, karyanya adalah
Hayy bin Yaqzhan. Tookoh filsafat Islam lainnya adalah Ibnu Rusyd yang di Eropa
terkenal dengan Averros dari Cordova
(1126-1198 M), pengikut aliran
Aristoteles. Di samping sebagai
tokoh filsafat, ia juga dikenal sebagai ulama fiqh penulis Bidayat
Al-Mujtahid. Averros juga menulis buku kedokteran Al-Kulliyah fi Ath –Thib.
b. Sains
Sains yang
terdiri dari ilmu-ilmu kedokteran, fisika, matematika, astronomi,kimia,botani,
zoologi, geologi,ilmu obat-obatan , juga berkembang dengan baik. Dalam bidang
sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat juga melahirkan pemikir terkenal.
Beberapa
tokoh sains dalam bidang Astrnomi, yaitu Abbas bin Farnas , Ibrahim bin Yahya
An-Naqqash, Ibnu Safar, Al-Bitruji. Dalam bidang obat-obatan antara lain Ahmad
bin Iyas dari Cordova, Ibnu Juljul, Ibnu Hazm, Ibnu Abdurrahman bin Syuhaid.
Adapun di bidang kedokteran, yaitu Ummul Hasan binti Abi Ja’far seorang tokoh
dokter wanita. Dalam bidang Geografi, yaiutu Ibnu Jubar dari Velencia
(1145-1228M), Ibnu Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) pengeliling dunia sampai
Samudra Pasai (Sumatra) dan Cina. Sedangkan Ibnu Khaldun dari Tunis adalah
perumus filsafat sejarah, penulis buku Muqadimah.
a.
Bahasa dan Sastra pada masa Islam di Spanyol
banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, di antaranya: Ibnu Sayyidah,
Muhammad bin malik, pengarang Alfiyah (tata bahasa arab), Ibnu Khuruf, Ibnu
Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan bin Usfur dan Abu Hayyan Al-Gharnati.
Dalam bidang sastra banyak
bermunculan, seperti Al-Aqd Al-Farid karya Ibnu Abd Rabbih, Adz-Dzakirah fi
Mahasin Ahl Al-Jazirah karya Ibnu Bassam, Kitab Al-Qalaid karya Al-Fath bin
Khaqan, dan lain-lain.
b.
Musik dan Kesenian
Musik dan kesnian pada masa Islam di
Spanyol sangat masyur. Musik dan seni banayk memperoleh apresiasi dari para tokoh penguasa istana.
Tokoh seni dan musik antara lain: Al-Hasan bin Nafi yang mendapat gelar Zaryab.
Zaryab juga terkenal sebagai pencipta lagi-lagu.
2. Bidang Keilmuan Keagamaan
a. Tafsir
Salah satu
mufasir yang terkenal dari Andalusia adalah Al-Qurtubi. Nama lengkapnya adalah
Abu Abdillah Muhammad bin Sahmad bin Abu Bakr bin Farh Al-Anshari Al-Khazraji
Al-Andalusi (wafat 1237 M). Adapun karyanya dalam bindang tafsir adalah
Al-Jami’u li Ahkam Alquran, kitab tafsir yang terdiri dari 20 jilid ini dikenal
dengan nama Tafsir Al-Qurtubi.
b. Fiqh
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal
sebagai pusat penganut mazhab Maliki. Adapun yang memperkenalkan mahzab ini di
Spanyol adalah Ziyad bin Abd Ar-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentiukan
oleh Ibnu Yahya yang menjadi qadhi pada
masa Hisam bin Abdurrahman. Para ahli fiqh lainnya adalah Abu Bar bin
Al-Qutiyah, Muniz bin Sa’id Al-Baluthi, Ibnu Rusyd, penulis kitab Bidayah
Al-Mujthahid wa Nihayah Al-Muqtasid, AsySyatibi, penulis buku Al-Muwafaqat fi
Ushul Asy-Syari’ah (ushul fiqh) dan Ibnu Hazm.
3. Kemajuan
di bidang arsitektur bangunan.
Kemegahan
bangunan fisik Islam Spanyol sangat maju, dan mendapat perhatian umat dan
penguasa. Umumnya bangunan-bangunan di Andalusia memiliki nilai arsitektur yang
tinggi. Jalan-jalan sebagai alat transportasi dibangun, pasar-pasar dibangun
untuk membangun ekonomi. Demikian pula, damdam, kanal-kanal, sakuran air, dan
jembatan-jembatan.
a.
Cordova
Cordova adalah ibukota Spanyol sebelum
Islam yang kemudian diambil alih oleh Dinasti Umayyah. Kota Kordova oleh
penguasa muslim dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai
yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibukota
Islam Spanyol itu. pohon-pohon yang megah diimpor dari timur. Di seputar
ibukota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan
. setiap istana dan taman diberi nama tersendiridan di puncaknya terpancang
istana Damsik. Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah mesjid Cordova.
Kota Cordova memiliki 491 mesjid.
b.
Granada
Granada adalah tempat pertahanan
terakhir umat Islam di Spanyol. Di sini berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan
pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir
kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana
Al-Gambra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur
Spanyol Islam. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa bisa
diperpanjang dengan kota dan istana Al-Zahra, istana Al-Gazar, dan menara
Girilda.
c.
Sevilla
Kota Sevilla dibangun pada masa
pemerintahan Al-Muwahidin. Sevilla pernah menjadi ibukota yang indah
bersejarah. Semula kota ini adalah rawa-rawa. Pada masa Romawi kota ini bernama
Romula Agusta, kemudian diuba menjadi Asyibiliyah (Sevilla). Sevilla telah
berada di bawah kekuasaan Islam selaaama kurang lebih 500 tahun. Salah satu
bangunan masjid yang didirikan pada tahun 1171 pada masa pemerintahan Sultan
Yusuf Abu Ya’kub,kini telah beruba dari mesjid menjadi gereja dengan nama Santa
Maria dela Sede. Kota Sevilla jatuh ke tangan Ferdinand pada tahun 1248 M.
d.
Toledo
Toledo merupakan kota penting di
Andalusia sebelum di kuasai Islam. Ketika Romawi menguasai kota Toledo, kota
ini dijadikan ibu kota kerajaan. Dan ketika Thariq bin Ziyad menguasai Toledo
tahun 712 M, kota ini dijadikan pusat kegiatan umat Islam, terutama dalam
bidang ilmu pengetahuan dan penerjemahan. Toledo jatuh dari tangan umat Islam
setelah direbut oleh Raja Alfenso VI dari Castilia. Beberapa peninggalan
bengunan masjid di Toledo kini dijadikan gereja oleh umat kristen.
Banyak faktorpendukung kemajuan
Islam di Spanyol, antara lain didukung oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat
dan beribawa, yang mampu mempersatukan kekuatan umat Islam, seperti Abdurrahman
Ad-Dakhil, Abdurrahman Al-Wasith, dan Abdurrahman An-Nashir
Keberhasilan politik para
pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan para penguasa lainnya yang
mempelopori kegiatan ilmiah. Di antra mereka penguasa DInasti Umayyah di
Spanyol yang berjasa adalah Muhammad bin Abdurrahman ( 852-886 M, dan Al-Hakam
II Al-Munthasir (961-976 M).
Di samping
itu, toleransi ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen
dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam
di Spanyol.
Meskipun ada persaingan yang
sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol, hubungan budaya dari
Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad ke-11 M, dan
seterusnya, banyak kalangan cendekiaean mengadakan perjalanan dari ujung barat
wilayah Islam ke ujung Timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan, hal
ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan
politik terdapat apa yang disebut kesatuan budaya dalam Islam.
Adapun menurut Badri Yatim, sebab-sebab yang menjadikan kemunduran dan
kehancuran Islam Spanyol antara lain disebabkan:
a.
Konflik penguasa Islam dengan penguasa
Kristen,
b.
Tidak adanya ideologi pemersatu,
c.
Akrena kesulitan ekonomi,
d.
Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan
e.
Karena letaknya yang terpencil dari pusat
wilayah dunia Islam yang lain.
F. PENGARUH PERADABAN SPANYOL ISLAM DI EROPA
Spanyol
merupakan tempat paling utama bagi Eropa untuk menyerap peradaban Islam, baik
dalam bentuk hubungan politik, sosial maupun perekonomian dan peradaban
antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di
bawah kekuasaan Islam jauh menunggalkan negara-negara tetangganya di Eropa,
terutama dalam pemikiran dan sains di samping bangunan fisik.
Tokoh Spanyol Islam yang sangat
berpengaruh terhadap pemikiran di Eropa adalah Ibnu Rusyd, yang dikenal di
Eropa dengan Averros (1120-1198 M). Averros dikenal sebagai orang yang
melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpkir. Ia menguras
pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang
berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunatullah menurut pengertian Islam terhadap
ajaran pantheismedan anthropomorphisme Kristen. Pengaruh Averros demikian besar
di Eropa, sehingga muncul gerakan Averroeisme (Ibnu Rusydisme) yang menuntut
kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan
Averroeisme ini.
Dari gerakan Averroeisme inilah
di Eropa kemudian lahir reformasi pada
abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Beberapa buku karya Ibnu Rusyd
dicetak di Venesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Karya-karya Ibnu
Rusyd juga diterbitkan pada abad ke-16 di Napoli, Bologna, Lyons, dan
Strasbourg, dan di awal abad ke-17 de Jenewa.
Pengaruh-pengaruh peradaban
Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibnu Rusyd ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen
Eropa yang berawal dari belajar di berbagai universitas Islam di Spanyol,
seperti Universitas Cordova, Sevilla, Malaga< Granada, dan Samalanca. Selama
belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemah-kan buku-buku karya ilmuwan muslim,
Pusat penerjemahan buku adalah di Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka
mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Uneversitas pertama di Eropa
adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M, tiga puluh tahun
setelah wafatnya Ibnu Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18
buah universitas. Di dalam universitas-universitas tersebut, ilmu yang mereka
peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, sperti ilmu kedokteran,
ilmu pasti dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari
adalah pemikiran Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd.
Pengaruh
ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali
(renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya
pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab
yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam Bahasa Latin.
Akan
tetapi walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang
sangat kejam, namun ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan
itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance)pada
abad ke -14 M, yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16,
rasionalisme pada abad ke-17, dan pencerahan (Aufklarung) pada abad ke-18 M.
Demikian
juga bahasa Arab telah berpengaruh besar di Eropa. Selama Islam berada di
Andalusia, telah banyak nama-nama benda yang dikenal di Barat berasal dari
bahasa Arab. Karena lamanya Islam di sana, tidak kurang dari 7.000 kata-kata
Spanyol yang berasal dari bahasa Arab.
Di
antara kata-kata bahasa Arab banyak yang masuk ke dalam suku kata bahasa Eropa
seperti ke dalam bahasa Spanyol, Inggris, Prancis, dan Jerman. Misalnya
kata-kata: as-sukkar (gula) menjadi azukar (Spanyol), sugar (Inggris), al-kuhul
(alcohol) menjadi alkohol, al-fil (gajah) menjadi marfil, syarab (minuman cair)
menjadi syrup, dan lain-lain.
Demikian
besar pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa, sehingga jika sayja masyarakat
Eropa tidak mempelajari peradaban-peradaban Islam, bukan tidak mustahil bahwa
Eropa masih tertinggal di belakang dalam hal peradaban dunia. Bangsa Eropa maju
dalam ilmu pengetahuan dan peradaban dikarenakan mereka belajar kepada kaum
muslimin terutama melalui berbagai literatur dari hasil karya kaum muslimin di
Andalusia Spanyol.
G. TRANSMISI
ILMU-ILMU KEISLAMAN KE EROPA
Semenjak abad ke-11 M, umat Islam
mendapat serangan dari berbagai jurusan. Di Andalusia, umat Kristen semenjak
Raja Ferdinand I (1035-1065 M) mempersatukan kekuatan membentuk Kerajaan Leon
yang kuat, mulai menyerang kekuasaan Islam guna merebut kembali daerah-daerah
mereka sehinga penyatuan kekuatan mereka itu merupakan awal dari pengusiran
umat Islam dari Andalusia. Di pantai timur Laut Tengah, umat Islam mendapat
serbuan tentara Salib selama dua abad. Di Timur sejak abad ke-10 M, khalifah
Abbasiyah sudah tidak mempunyai kekuatan lagi. Kekuasannya telah diambil oleh
sultan-sultan Buwaihi, kemudian oleh Bani Saljuk. Hilangnya kekuasaan khalifah
itu menjadi sempurna setelah datangnya Hulagu menyapu bersih kota Baghdad dari
permukaan bumi.
Umat
Islam kehilangan segala sesuatu yang pernah dimiliki. Namun, terjadi sesuatu
yang diluar dugaan manusia, ternyata bangsa yang menghancurkan daulah Islamiyah
yang berpusat di Baghdad itu, keturunannya justru menjadi pembangun dan pembela
agama Islam dan kebudayaannya yang gigih sehingga agama Islam menjadi tumbuh
dan mekar kembali.
Demikian
juga di luar daerah bekas kekuasaan Dinasti Abbasiyah yaitu daerah Andalusia
dan Afrika Utara, kebudayaan Islam tidak musnah bahkan mengalir dan berpindah
ke Eropa membangun zaman renaissance Eropa.
Sebenarnya
transmisi ilmu pengetahuan Islam mengalir ke Eropa melalui berbagai jalur.
Jalur-jalur tersebut adalah melalui perang Salib, Negeri Sicilia, dan Spanyol
(Andalusia).
1. Melalui
Perang Salib
Perang Salib yang terjadi dari tahun
1096-1273 M (489-666 H) adalah perang antara umat Kristen Eropa Barat ke tanah
Timur khususnya Palestina yang dikuasai daulah Islam. Perang ini dinamakan
Perang Salib karena tentara Kristen memakai tanda Salib dalam Peperangan
tersebut.
Dengan
adanya Perang Salib ini banyak membawa keuntungan bagi benua Eropa. Perhubungan
orang Kristen dengan orang Timur Tengah memberikan kemajuan dalam berbagai
bidang. Ketika kembali ke Eropa kapal-kapal mereka membawa barang-barang
berharga seperti kain tenun sutera, bejana dari porselin, dan lain-lain. Sedang
dari jenis tumbuh-tumbuhan yang dibawa ke Eropa antara lain: sejenis
biji-bijian, tanaman padi, pepohonan jeruk, semangka, bawang putih, tumbuhan
obat-obatan, tumbuhan yang mengandung zat pewarna dan rempah-rempah.
Ketika
Frederick II, kaisar Jerman membawa
angkatan perangnya ke Palestina dalam rangka Perang Salib (1128-1129 M),
sepulangnya dari sana ia telah meletakkan dasar pendirian perguruan tinggi,
Universitas Napels.
Menurut
Philip . Hitti, dalam The Arabs A Short History, bahwa sumbangan Frederick yang
terbesar adalah pendirian Universitas di Napels pada tahun 1224, salah satu
universitas pertama di Eropa yang ditegakkan dengan sebuah piagam yang jelas
dan terang. Di sini ia menghimpun sebuah kumpulan besar naskah-naskah Arab,
buku-buku Aristoteles dan Averros yan diminta untuk diterjemahkan digunakan
dalam daftar pelajaran, salinan terjemahan tersebut dikirimkan ke Universitas
di Paris dan Bologna. Selama abad ke-14 dan abad-abad berikutnya, kitab-kitab
pengetahuan Arab merupakan bagian yang penting pada perbagai universitas di
Eropa, termasuk Oxford dan Paris, walaupun sesungguhnya dengan tujuan-tujuan
lain, yaknimuntuk mendidik pendeta-pendeta Katolik ke negara-negara Islam.
2. Melaui
Negeri Sicilia
Satu lagi transmisi mengalirnya ilmu
pengetahuan Islam ke Eropa yaitu melalui pulau Sicilia (Siqiliyah).
Pada
awalnya abad kedelapan Masehi, banyak orang-orang Arab yang mencoba untuk
singgah di Sicilia, tetapi gagal. Ini dimulai bersamaan dengan usaha masuk ke
Andalusia. Pada tahun 727 M, kekuatan tentara di bawah pimpinan Bisyr bin
Safwan telah mencapai Sicilia, semula ia pengusaha di Maroko. Penyerangan ke
Sicilia kembali diusahakan pada tahun itu juga di bawah pimpinan Usman bin Abu
Ubaida dan di bawah pimpinan Mustari bin Haris, meskipun keduanya gagal.
Eksbisi
Arab dari Syiria telah sampai di Sicilia pada tahun 730 M. Di bawah pimpinan
Abdul Malik bin Qatan telah melakukan hal serupa pada tahun 732 M.
Bisa
dikatakan pada abad ke-8 hingga awal abad ke-10, suasana pulau Sicilia tidak
pernah tenang dari guncangan dari dalam dan luar negeri. Pada tahun 827 M (212
H), Emir Ziyadatullah bin Ibrahim (817-838 M) dari Dinasti Aghlabiah di Afrika
Utara, pasukan Islam berhasil mendarat di Pulau Sicilia, atas undangan Ephemius
dan bantuan penduduknya.
Sebagai
titik persentuhan dari dua lapangan kebudayaan, maka pulau Sicilia teristimewa
merupakan alat penghubung untuk meneruskan pengetahuan kuno dan pengetahuan
abad pertengahan. Sebagian rakyatnya terdiri dari elemen Yunani yang berbahasa
Yunani, sebagian dari elemen muslim yang berbahasa Arab, dan suatu golongan
serjana yang paham akan bahasa latin.
Sejak
raja-raja Norman dan para penggganti kerajaan Sicilia menguasai bukan hanya
pulau tersebut, melainkan juga Italia Selatan, maka merekalah yang merupakan
jembatan untuk menyeberangkan berbagai kebudayaan Islam ke semenanjung Italia
dan Eropa Tengah.
Ada
dua jembatan penyeberangan filsafat Islam ke Eropa, pertama melalui orang-orang
Islam Andalusia (Spanyol), kedua melalui orang-orang Sicilia. Sebenarnya tidak
hanya filsafat, tetapi juga matematika, astronomi, maupun obat-obatan.
Sumbangan
Sicilia dan Itali sebagai tempat penyeberangan ilmu-ilmu keislaman ke Eropa
memang tidak sehebat Andalusia, nama seperti Gerard of Cremona (1114-1187 M)
berasal dari Itali, banyak melakukan penerjemahan dari buku-buku yang asalnya
berbahasa Arab.
Ketika
orang-orang Norman menguasai Sicilia sejak tahun 1060 M, mulailah tumbuh
kebudayaan Kristen-Islam. Hal etrsebut dikarenakan Roger I adalah orang
Kristen, meskipun kurang terpelajar, banyak ilmuwan Arab yang dilindungi, dari
ahli-ahli filsafat, astrologi sampai ke tabib. Islam di Palermo lebih cenderung
ke gaya Timur daripada ke Barat.
Meskipun kerajaannya beragama Kristen, tetapi jabatan tinggi di kerajaan
dipercayakan kepada orang-orang Islam. Ektika Roger II (1130-1154 M) berkuasa,
ia senang berpakain ala orang Islam, pakaian yang dihiasi dengan huruf-huruf
Arab. Pada masanya, Al-Idrisi adalah ilmuwan muslim yang berjasa di
kerajaannya, ia telah menyumbangkan karyanya sebuah globe (bola dunia) dari
perak kepada Roger II. Bermula dari peta dunia karya Al-Idrisi inilah yang
akhirnya menuntun para penjelajah Eropa mengelilingi dunia.
Beberapa
disiplin ilmu telah diperkenalkan dan dikembangkan di Sicilia. Di antara
tokoh-tokoh yang mengembangkan ilmu di Sicilia adalah
1) Hamzah
Al-Basri, ahli filologi dan perawi dari penyair-penyair besar Arab
Al-Mutanabbi. Ia hijrah ke Sicilia, hingga meninggal dunia di sana pada tahun
985 M.
2) Muhammad
bin Khurasan, ahli stutus Alquran (sejarah hermeneetik dan sejaran perkembangan
huruf-huruf Alquran), ia berasal dari Mesir lalu ke Irak, dan terakhir ke
Sicilia, hingga meninggal di sana tahun 996 M. Tokoh ilmu Alquran yang lain seperti Ismail bin Khalaf (w.1063
M) yang belajar di Mesir dan pernah menjadi imigran ke Andalusia. Karyanya
terbesar yang masih berupa manuskrip adalah Kitab Al-Unwan fi Al-Qira’at,
terdapat di museum perpustakaan Berlin, Istambul dan Bankipor.
3) Para
dokter Sicilia antara lain Abu Sa’id bin Ibrahim; Abu Bakr As-Siqili salah
seorang guru besar dari para dokter; Ibnu Abi Usaibia. Abu Abbas Ahmad bin
Abdussalam menulis tentang salah satu komentar terhadap karya Ibnu Sina.
4) Masih
banyak lagi yang bergerak dalam berbagai bidang, antara lain dalam bidang
bahasa dan sastra. Termasuk yang menarik adalah karya Dante, dante memang
banyak tahu tentang Islam. Menurut Muguel Asin Lapacious ia menduga bahwa karya
Dante, Divine Comedy, banyak terpengaruh karya Abul A’la Al-Ma’ari, Risalat
Al-Ghufran, dan Ibnu Arabi dalam Al-Futuhat Al-Makkiyah, serta karya-karya yang
lain.
3. Melalui Andalusia (Spanyol)
Peran Andalusia (Spanyol) sebagai
wahana penyeberangan ilmu pengetahuan ke Eropa tidak diragukan lagi.
Semasa
Islam di Andalusia, ada sejumlah perguruan tinggi terkenal di sana.
Perguruan-perguruan tinggi itu antara lain Universitas Cordova, Sevilla,
Malaga, dan Granada. Di kota Cordova di samping memiliki universitas, juga
memiliki gedung perpustakaan terbesar dan terindah pada masanya dengan lebih
kurang 400.000 jilid dengan katalognya 44 jilid. Banyak peminat yang belajar ke
universitas itu dari berbagai penjuru.
Pelajaran
yang diberikan di Universitas Granada antara lain ilmu ketuhanan, yurisprudensi,
kedokteran, kimia, filsafat, dan astronomi. Terdapat pula gedung-gedung
perpustakaan, ruang untuk diskusi dan rumah sakit. Setelah Granada ajtuh pada
tanggal 2 Januari 1492 ke tangan Ferdinadn dan istrinya Isabella, buku-buku
yang berbahasa Arab dibakar atas perintahnya.
Para
penulis ilmu dikalangan luar Islam yang pernah di Andalusia dalam bidang
matematika, astronomi, astrologi, obat-obatan, kedokteran, filsafat, kimia, dan
lain-lain. Di antara mereka tercatatlah nama-nama seperti dari Prancis Gerbert
d’Aurilac yang kelak menjadi populer di Prancis dengan gelar Sylvester II. Ia
belajar selama 3 tahun di Toledo.
Adapun
nama-nama lain seperti Adelard dari Bath, Robert dari Chester, Hernan dari
Cathiria, dan Gerard dari Cremona. Adapun orang-orang Nasrani setempat yang
menaruh perhatian terhadap perpindahan keilmuwan antara lain: Dominicus
Gondisalvi, Hugh dari Santalla, Petrus Alphose, John Seville, Savasonda dan
Abraham Ezra. Mereka banyak menerjemahkan karya-karya para sarjana Islam di
Barcelona, Tarazona, Segovia, Leon, Pamlona, dan daerah selatan Prancis seperti
Toulouse, Beziers, dan Marseille.
Peran
Gerard dari Cremona cukup besar dalam transfer ilmu pengetahuan dari Andalusia
ke Eropa, ini dikarenkaan kecintaannya pada ilmu pengetahuan. Ketika pertama
kali tiba di Toledo, ia amat menyesal akan kekkurangan dan kemiskinan dalam
bahasa Arab. Oleh karena itu, ia mempelajari bahasa Arab sehingga ia dapat
entransfer ilmu-ilmu dari bahasa Arab ke bahasa Latin. Gerard meninggal pada
tahun 1187 M dalam usia 87 tahun setelah menerjemahkan 71 buku berbahasa Arab.
Aneka bidang ilmu telah diterjemahkan, seperti ilmu matematika, astronomi,
geografi, aljabar, dan ilmu kedokteran. Dapatlah dikatakan bahwa Gerard
mempunyai andil besar dalam mentransfer ilmu dari Andalusia ke Eropa.
Selain
Gerard masih ada yang lain, seperti Roger Bacon (1214-1219 M), Michael Scott,
dan lain-lain. Mereka semua ketika mula pertama sampai di Andalusia, tidak
mengerti bahasa Arab. Mereka juga belajar atas jasa orang Yahudi yang telah
masuk Islam. Mislanya Gerard memakai jasa Gallipus, Michael Scott telah
menggunakan jasa Andrew. Tidak jarang dalam penerjemahan ini mereka mnggunakan
sistem dari bahasa Arab ke bahasa Spanyol, lalu dari bahasa Spanyol barulah
diterjemahkan ke bahasa Latin. Ada juga diterjemahkan ke bahasa Hebrew. Tidak
jarang, karena kesulitan menerjemahkan istilah-istilah dari bahsa Arab, maka
bahsa aslinya tetap digunakan. Itulah sebabnya banyak istilah Arab yang menjadi
istilah bahasa ilmu pengetahuan. Misalnya aljabar menjadi algebra.
Di
Andalusia sedikit demi sedikit umat Islam kehilangan wilayah kekuasaannya.
Mula-mula kota Toledo direbut oleh Kristen pada tahun 1085 M, hilangnya pusat
sekolah tinggi dan pusat ilmu pengetahuan Islam beserta segala isinya yang
terdiri dari perpustakaan beserta ilmuwan-ilmuwannya.
Tahun
1236 M, menyusul Cordova dirampas oleh Raja Alfonso VII dari Castilia, maka
hilang pula pusat kebudayaan dunia di sebelah barat beserta masjid raya Cordova
yang didirikan oleh amir-amir Umayyah di Andalusia, perpustakaan yang didirikan
oleh Hakam II dengan buku-bukunya dari segala cabang ilmu. Kehilangan itu terus
berlanjut kota demi kota, menyusul Sevilla, Malaga, dan Granada. Akhirnya umat
Islam beserta raja Bani Ahmar terakhir, Abu Abdullah, harus terusir dari
Andalusia. Tanah airnya yang telah ditempati lebih dari 75 abad dengan
meninggalkan apa yang pernah diciptakan, baik kebudayaan secara fisik berupa
peradaban dan ilmu pengetahuan, maupun miliknya secara rohani berupa penganut
Islam dari penduduk asli Andalusia yang digelari Muzarabes (Mustaribun) yang
dipaksa untuk menjadi Kristen kembali. Golongan Muzarabes inilah yang
mengalirkan ilmu pengetahuan Islam ke Eropa.
Penyaluran
ilmu pengetahuan ke Eropa dimulai ketika Toledo jatuh ke tangan Kristen. Untuk
mempermudah penyerapan ilmu-ilmu Arab, di Toledo didirikan sekolah tinggi
terjemah. Pekerjaan ini dipimpin oleh Raymond. Buku-buku yang disalin adalah
buku-buku bahasa Arab yang masih tersisa dari pembakaran. Penerjemah Bahgdad
banyak yang pindah ke Toledo, terutama yang berasal dari bangsa Yahudi.
Sebagian besar dari mereka dapat menguasai bahasa Arab, Yahudi, Spanyol, dan
Latin. Di antara penerjemah yang terkenal adalah Avendeath (Ibny Daud, bangsa
Yahudi), yang menyalin buku astronomi dan astrologi dalam bahasa Latin. Satu
lagi Gerard Cremona, mencoba mengimbangi pekerjaan Hunain bin Ishak menyalin
buku-buku filsafat, amtematika, dan ilmu kedokteran.
Demikianlah,
kemudian Toledo menjadi pusat perkembangan ilmu-ilmu Islam ke dunia barat.
Peranan Toledo bertambah lengkap setelah umat Islam diusir dari Andalusia.
Buku-buku yang tersisa dari kota-kota lain di Andalusia seperti Cordova,
Sevilla, Malaga, dan Granada, dapat mereka manfaatkan. Bangsa Barat benci
terhadap Islam, akan tetapi haus kepada ketinggian ilmu dan peradabannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perlahan demi perlahan
Islam memberikan konstribusi yang cukup besar bagi kemajuan Spanyol. Kejayaan
Islam di Spanyol merupakan salah satu prestasi penting bagi umat Islam karena
memberikan sumbangsih yang besar bagi kemajuan dunia dan Eropa pada khususnya.
Tapi pada abad ke -10 M dunia Islam mulai
menampakkan tanda-tanda kemunduran, begitu juga peradabannya. Kemunduran
itu terjadi setapak demi setapak, sehingga pada abad keenam belas Islam sudah
hamper tidak ada lagi di Spanyol.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Samsul Munir Amin, M.a. 2013.Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Makalah Lengkap Peradaban Islam di Andalusia Spanyol
Reviewed by Arbor Azure
on
March 02, 2016
Rating: