Pembahasan kita kali ini adalah periodesasi sejarah dalam islam. Special thanks untuk RARA (Ummul Nasyirah), NUBEL (Auliyah Nurul Adiyah),
dan JIAH (Hijriah) yang telah menyelesaikan makalah ini. GOMAWO.
Selamat membaca terimakasih untuk tidak melakukan plagiat atau
plagiarism.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
sejarah kebudayaan ummat manusia, proses tukar-menukar dan interaksi
(intermingling) atau pinjam meminjam konsep antara satu kebudayaan dengan
kebudayaan lain memang senantiasa terjadi, seperti yang terjadi antara
kebudayaan barat dan peradaban islam. Dalam proses ini selalu terdapat sikap
resistensi dan akseptansi. Namun dalam kondisi dimana suatu kebudayaan itu
lebih kuat dibanding yang lain yang tejadi adalah dominasi yang kuat terhadap
yang lemah. Istilah ibn khaldun, "masyarakat yang ditaklukkan, cenderung
meniru budaya penakluknya".
Ketika
peradaban islam menjadi sangat kuat dan dominan pada abad pertengahan,
masyarakat eropa cenderung meniru atau "berkiblat ke islam". Kini
ketika giliran kebudayaan barat yang kuat dan dominan maka proses peniruan itu
juga terjadi. Terbukti sejak kebangkitan barat dan lemahnya kekuasaan politik
islam, para ilmuwan muslim belajar berbagai disiplin ilmu termasuk islam ke
barat dalam rangka meminjam. Hanya saja karena peradaban islam dalam kondisi
terhegemoni maka kemampuan menfilter konsep-konsep dalam pemikiran dan
kebudayaan barat juga lemah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang terjadi pada Periode Klasik
?
2. Apa yang terjadi pada Periode
Pertengahan ?
3. Apa yang terjadi pada Periode Modern
?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui
sejarah Periode Klasik.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui
sejarah Periode Pertengahan.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui
sejarah periode Modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Periode Klasik (650-1250)
v MASA KEMAJUAN ISLAM (650-1000 M )
1.
Khilafah Rasyidah
Nabi
Muhammad tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau
sebagai pemimpin politik umat islam setelah beliau wafat. Karena itulah, tidak
lama setelah beliau wafat, sejumlah
tokoh Muhajirin dan Anshor berkumpul di balai kota Bani Sa’idah, Madinah. Mereka
memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu
berjalan cukup alot karena masing-masing pihak merasa berhak menjadi pemimpin
umat islam. Namun, dengan semangat ukhuwah islamiyah yang tingi, akhirnya Abu
Bakar terpilih. Rupanya semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan
tinggi dari ummaf islam. Sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.
Sebagai
pemimpin umat islam setelah Rasulullah, Abu Bakar disebut Khalifah Rasulillah
(pengganti Rasulullah) yang perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja.
Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah nabi wafat untuk menggantikan
beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintah.
Abu Bakar menjadi khalifah selama 2
tahun, karena ia meninngal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan
persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku
bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah. Mereka
menganggap perjanjian yang dibuat Rasulullah dengan sendirinya batal setelah
Rasulullah wafat. Sikap yang keras kepala mereka yang dapat membahayakan agama
dan pemerintahan Abu Bakar menyelesakannya dengan perang Riddah (perang melawan
kemurtadan). Khalin Bin Walid adalah jenderal yang paling banyak berjasa dalam
perang ini.
Setelah
menyelesaikan urusan perang dalam negeri, Abu Bakar mengirim Khalid Bin Walid
ke Iraq dan dapat menguasai Al-Hijrah. Ke Syria di kirim ekspedisi di bawah
pimpinan empat jenderl yaitu Abu Ubaidah, Amr ibn ‘Ash, Yasid ibn Abi Sufyan
dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipipin oleh Usamah yang masih berusia 18
tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid bin Walid di perintahkan
meninggalkan Irak dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, a sampai d
Syria.
Abu
Bakar meninggal dunia, sementara barisan pasukan islam sedang mengancam
Palestina, Irak dan kerajaan Hirah. Saat Abu Bakar sakit dan measa ajalnya
sudah dekat ia mengajak sahabat untuk bermusyawarah dan mengankat Umar bin
Khattab sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan
terjadinya perselisihan dan perpecahan dikalangan umat islam. Umar menyebut
dirinya Khalifah Khalifati Rasulillah (pengganti dari pengganti Rasulullah). Ia
juga memperkenalkan istilah Amirul al-Mu’minin (Komandan orang-orang yang
beriman)
Di zaman Umar, gelombang ekspensi
(perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi, ibu kota Syria, Damaskus, jatuh
tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah dipertempuran Yarmuk, seluruh
daerah jatuh pada kekuasaan islam, dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi
di teruskan ke Mesir di bawah pimpinan ‘Amr ibn ‘Ash dan ke Irak di bawah
pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqqash. Iskandaria , ibu kota Mesir, di taklukkan 641
M. dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al Qadisiya, sebuah
kota dekat Hijrah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan
dilanjutkan ke ibu kota Persia, Al Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada
tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar
wilayah kekuasaan islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria dan
sebagian besar wilayah Persia dan Mesir.
Umar memerintah selama 10 tahun
(13-23 H/634-644) M). masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh
oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’lu’ah. Untuk menemukan
penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan oleh Abu Bakar. Dia
menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah
seorang diantaranya menjadi Khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair,
Sa’ad ibn Abi Waqqas, dan Abdurrahman ibn ‘Auf. Setelah Umar wafat, tim ini
bermusyawarah dan berhasil menunjuk Usman sebagai khalifah, melalui persaingan
yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.
Di masa pemerintahan Usman ( 644-655
M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhosdes dan bagian yang tersisa dari Persia.
Transoxania dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi islam pertama berhenti
sampai disini.
Pemerintahan Usman berlangsung selama 11 tahun. Pada paruh
terakhir kepemerintahannya muncul peasaan tidak puas dan kecewa dikalangan umat
islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Mungkin dikarenakan
usianya yang sudah menginjak 70 tahun saat di baiat dan sifatnya yang lemah
lembut. Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang
kecewa itu.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masanya tidak
ada kegiatan-kegiatan yang penting. Usman berjasa membangun bendungan untuk
menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia
juga membangun jalan, jembatan, mesjid dan memperluas masjid nabi di Madinah.
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali
ibn Abi Talib sebagai khalifah. Ali
memerintah hanya 6 tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi
berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam pemerintahannya yang dapat
dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah Ali memecat gubernur yang diangkat oleh Usman dan juga menarik
kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil
pendapatannya ke Negara, memakai kembali system distribusi pajak tahunan di
antara orang-orang islam sebagaimana pernah di terapkan oleh Umar.
Di ujung masa pemerintahan Ali, islam terpecah dengan tiga
kekuatan politik, yaitu Mu’awiyah, Syi’ah (pengikut Ali), Al Khawarij (
orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Munculnya kelompok Al Khawarij
menyebabkan tentara Ali semakin melemah dan posisi Mu’awiyah semakin kuat. Pada
tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M) Ali terbunuh oleh seorang anggota Khawarij.
Ali kemudian di ganti oleh Hasan selama beberapa bulan. Saat
itu Hasan yang masih lemah sementara Mu’awiyah semakin kuat, maka Hasan membuat
perjanjian damai. Disisi lain, perjanjian itu membuat Mu’awiyah menjadi
penguasa absolute dalam islam. Tahun 41 H (661 M) tahun persatuan, dikenal
dalam sejarah sebagai tahun Jama’ah (‘am Jama’ah ). Dengan demikian berakhilah
apa yang disebut dengan masa Khulafa’ur Rasyidin dan mulailah kekuasaan Bani Umayyah
dalam sejarah politik islam.
2.
Khilafah Bani Umayyah
Kekuasaan Muawiyah menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintahan
yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchihediretis
(kerajaan turun temurun). Kekuasaan Muawiyah diperoleh melalui kekerasan,
deplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Sukses
kepemimpinan secara turun temurun
dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan
setia terhadap anakya. Yazid, Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan
Bizantium. Dia memang tetap menggunakan istilah Khalifah namun dia memberikan
interpretasi dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut, dia
menyebutnya “Khalifah Allah” dalam Pengertian “Penguasaan Yang di Angkat Oleh
Allah”.
Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu
kota Negara di pindahkan Muawiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa
sebagai gubernur sebelumnya. Khalifah-khalifah besar dinasti Bani Umayyah ini
adalah Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-680 M), Abd Al-Malik ibn Marwan (685-705
M), Al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M), Umar ibn Abd-Aziz (717-720 M) dan
Hasyim ibn Abd Al-Malik (724-743 M).
Di zaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukkan. Disebelah
Timur, Muawiyah dapat menguasai daerah
Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan sampai ke Kabul. Angkatan
lautnya melakukan serang-serangan ke ibu
kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke Timur yang dilakukan Muawiyah
kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd Al-Malik. Dia mengirim tentara menyebrangi
sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawariz, Ferghana
dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasi
Balukhistan, Sind dan derah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi besar-besaran dilanjutkan di zaman Al Walid ibn Abd
Malik. Masa pemerintahannya aadalah masa ketentraman, kemakmuran dan
ketertiban. Umat islam merasa sangat bahagia. Pada masa pemerintahannya yang
berjalan kurang lebih10 tahun itu
tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya,
benua Eropa yaitu pada tahun 711 M. Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan
demikian Spanyol menjadi sasaran ekspensi selanjutnya. Ibu kota Spanyol,
Kordova dengan cepat dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain
seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota baru Spanyol setelah
jatuhnya Kordova. Kekuasaan yang cepat ini karena bantuan dari rakyat setempat
karena telah lama menderita karena kekejaman penguasa. Di zaman Umar ibn Abdul Aziz, serangan dilakukan ke
Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini di pimpin oleh Abd Ar Rahman
ibn Abdullah Al Ghafiqi. Ia mulai menyerang Bordeau, Poitiers.dari sana ia juga
mencoba menyerang Tours dan ia terbunuh sementara tentaranya kembali ke
Spanyol. Selain daerah yang di atas, pulau-pulau lain juga jatuh ke tangan
islam pada masa Bani Umayyah.
Disamping ekspensi kekuasaan islam, Bani Umayyah juga banyak
berjasa dalam pembangunan diberbagai bidang. Sepeninggal Umar ibn Abd Al Aziz, kekuasaan Bani Umayyah
berada di bawah khalifah Yazid ibn Abd Al Malik (720-724). Di bawah
kekuasaannya, zaman berubah menjadi kacau, kekacauan terus berlanjut hingga
kekhalifahan berikutnya, Hisyam Abd Al Malik (724-743 M). bahkan
kepemerintahannya bertambah kekuatan baru yang merupakan tantangan berat bagi
pemerintah Bani Umayyah. Kekuatan ini berasal dari kalangan Bani Hasyim yang
didukung oleh golongan mawali yang
merupakan ancaman yang serius. Berikutnya, kekuatan ini mampu menggulingkan
dinasti Bani Umayyah dan menggantikannya dengan dinasti baru, yaitu Bani Abbas.
Sebenarnya, Hisyam adalah khilafah yang kuat dan terampil akan tetapi karena
gerakan oposisi terlalu kuat khalifah tidak berdaya mematahkannya.
Akhirnya pada tahun 750 M daulat Bani Umayyah digulingkan
bani abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim Al-Khurasani. Marwan bin Muhammad,
khalifah terakhir Bani Umayyah melarikan diri ke Mesir kemudian di tangkap dan
dibunuh di sana.
3.
Khalifah Bani Abbas
Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau
khilafah Abbasiyah, melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan dinasti
Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al
Abbas, paman Rasulullah. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah Al Saffah ibn
Muhammad ibn Aali ibn Abdullah ibn Al Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang
waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d 656 H (1258 M). pendiri
dinasti ini Abu Al Abbas sangat singkat yaitu 750 M-754 M. karena Pembina
sebenarnya dari daulat Abbasiyah adalah Abu Ja’far Al Manshur (754-775 M). dia
dengan keras menghadapi lawan-lawannya dari Bani Umayyah, Khawarij dan juga
Syi’ah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan.
Pada mulanya ibu kota Negara adalah
Al Hasyimiyah, dekat Kufah.. namun, untuk memantapkan dan menjaga stabilitas
Negara yang baru berdiri itu, Al Manshur memindahkan ibu kota Negara ke kota
yang baru di bangunnya, Baghdad, dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun
762 M. Jadi, pusat pemerintahan Abbasiyah berada di tengah-tengah bangsa
Persia.
Jika dasar-dasar pemerintahan daulat
Abbasiyah diletakkan dan di bangun oleh Abu Al Abbas dan Abu Ja’far Al-Manshur,
maka puncak keemasan dinasti ini pada 7 khalifah sesudahya, yaitu Al Mahdi
(775-785 M), Al Hadi (775-786 M), Harun Al Rasyid ( 786-809 M), Al Ma’mun
(813-833 M), Al Mu’tashim (833-842 M), Al Wasiq (842-847 M), Al Muttawakkil
(847-861 M). popularitas Abbasiyah mencapai puncaknya pada khalifah Harun Al Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-
Ma’mun (813-833 M). kekayaan banyak dimanfaatkan oleh Harun untuk keperluan
social, seperti Rumah Sakit dan lembaga pendidikan. Pada masanya paling tidak
800 orang menjadi dokter. Kemakmuran paling tinggi terwujud pada kekhilafan
ini. Al Ma’mun sebagai pengganti Harun
dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta ilmu. Ia menggaji penerjemah
buku-buku asing dari Yunani, mendirikan sekolah. Pada masa inilah Baghdad mulai
menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pendidikan.
Al Mu’tashim khalifah berikutnya
(833-842 M), member peluang pada orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan,
keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal, dinasti ini mengubah
system ketentaraan. Tentara di bina secara khusu menjadi prajurit professional,
sehingga militer Abbasiyah menjadi sangat kuat. Dinasti ini lebih menekankan
pembinaan peradaban dan kebudayaan islam daripada perluasan wilayah. Perbedaan
antara dinasti Abbasiyah dan dinasti Umayyah adalah :
1. Abbasiyah jauh dari pengaruh Arab, sedangkan Umayyah berorientasi kepada Arab.
2. Masa Abbasiyah ada jabatan Wazir yang membawahi kepala-kepala department, sedangkan pada Umayyah tidak ada.
3. Ketentaraan professional baru terbentuk pada masa pemerintahan Abbasiyah, sedangkan sebelumnya tidak ada.
1. Abbasiyah jauh dari pengaruh Arab, sedangkan Umayyah berorientasi kepada Arab.
2. Masa Abbasiyah ada jabatan Wazir yang membawahi kepala-kepala department, sedangkan pada Umayyah tidak ada.
3. Ketentaraan professional baru terbentuk pada masa pemerintahan Abbasiyah, sedangkan sebelumnya tidak ada.
v MASA DISINTEGRASI ( 1000-1250 M)
1. Dinasti-Dinasti yang Membebaskan Diri Dari Baghdad
Dinasti yang membebaskan diri
Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah :
1.
Berbangsa Persia :
a. Thahiriyyah di Khurasan, (205-259
H/820-872 M),
b. Shafariyah di Fars (254-290
H/869-901 M),
c. Samaniyah di Transoxania (261-389
H/873-998 M),
d. Sajiyyah di Azerbajian (266-318
H/878-930 M),
e. Buwaihiyyah bahkan menguasai Baghdad
(320-447 H/932-1055 M).
2.
Berbangsa Turki
Berbangsa Turki
a. Thuluniyah di Mesir (254-292
H/837-903 M),
b. Ikhsyidiah di Turkistan (320-560
H/932-1163 M),
c. Ghaznawiyah di Afghanistan (351-585
H/969-1189 M),
d. Dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya
:
1. Seljuk besar atau Seljuk Agung, didirikan oleh Rukn Al Din Abu Thalib Tuqhrul Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn Tuqaq. Seljuk ini menguasai Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522 H/1037-1127 M)
2. Seljuk Kirman di Kirman (433-583 H/ 10401187 M)
3. Seljuk Syria atau Syam di Syria (487-511 H/1094-1117 M)
4. Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan (511-590 H/1117-1194 M)
5. Seljuk Rum atau Asia kecil di Asia Kecil (470-700 H/1077-1299 M).
1. Seljuk besar atau Seljuk Agung, didirikan oleh Rukn Al Din Abu Thalib Tuqhrul Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn Tuqaq. Seljuk ini menguasai Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522 H/1037-1127 M)
2. Seljuk Kirman di Kirman (433-583 H/ 10401187 M)
3. Seljuk Syria atau Syam di Syria (487-511 H/1094-1117 M)
4. Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan (511-590 H/1117-1194 M)
5. Seljuk Rum atau Asia kecil di Asia Kecil (470-700 H/1077-1299 M).
3.
Berbangsa Kurdi
Berbangsa Kurdi
a. Al Barzuqani (348-406 H/959-1015 M),
b. Abu Ali (380-489 H/990-1095 M),
c. Ayubiyah (5640648 H/1167-1250 M).
4.
Berbangsa Arab
Berbangsa Arab
a. Idrisiyyah di Marokko (172-375
H/788-985 M),
b. Aghlabiyyah di Tunisia (184-289
H/800-900 M),
c. Dulafiyah di Kurdistan (210-285
H/825-898 M),
d. Alawiyah di Tabaristan (250-316
H/864-928 M).
e. Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil
(317-394 H/929-1002 M),
f. Mazyadiyyah di Hillah (403-545
H/1011-1150 M)
g.Ukailiyyah di Maushil (386-489
H/996-1095 M)
h.Mirdasiyyah di Aleppo (414-472
H/1023-1079 M).
5.
Yang mengaku dirinya khilafah
a. Umawiyah di Spanyol
b. Fathimiyyah di Mesir.
Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas
pada periode ini, sehingga banyak daerah yang memerdekakan diri yaitu :
1. Luasnya wilayah kekuasaan daulat Abbasiyah sementara
komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu tingkat
saling percaya dikalangan para penguasa dan pelaksana pemerintah sangat rendah.
2. Dengan profesionalisasi ankatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
2. Dengan profesionalisasi ankatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
3. Keuangan Negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan
untuk tentara bayaran sangat besar pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa
pengiriman pajak ke Baghdad.
2.
Perebutan Kekuasaan di Pusat
Pemerintahan
Factor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas
menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya
juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan islam sebelumnya. Tetapi, apa yang
terjadi pada pemerintahan Abbasiyah berbeda dengan yang terjadi sebelumnya.
Pertumpahan darah pertama dalam islam karena perebutan
kekuasaan terjadi pada masa khalifah Ali
bin Abi Thalib. Pertama-tama, Ali menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubai dan
Aisyah. Alasannya adalah Ali tidak mau membalas atas pembunuhan yang terjadi
pada Usman yang dilakukan secara zalim. Namun, menurut Ahmad Syalabi, Abdullah
ibn Zubair-lah yang menyebabkan terjadinya pembeontakan yang banyak membawa
korban. Dia berambisi besar untuk menduduki kursi khilafah. Untuk itu, ia
menghasut bibi dan ibu asuhnya yaitu Aisyah agar ia memberontak kepada Ali,
agar Ali gugur dan ia dapat menggantikan posisi Ali.
Pemberontak-pemberontak yang muncul pada masa Ali ini
bertujuan untuk menjatuhknnya dari kursi khilafah dan diganti oleh pemimpin
pemberontak itu. Hal yang sama juga terjadi pada masa Bani Umayyah di Damaskus.
Pemberontakan-pemberontakan sering terjadi diantaranya pemberontakan Husein ibn
Ali, Syi’ah yang dipimpin oleh Al Mukhtar, Abdullah ibn Zubair dan terakhir
pemberontakan Bani Abbas.
Perebutan kekuasaan juga terjadi di awal berdirinya Bani
Abbas. Meskipun, kekhalifahan saat itu tidak berdaya namun tidak ada usaha
untuk merebut kekhalifahan , mereka hanya focus pada perebutan kekuasaan.
Kekuasaan dapat didirikan di pusat maupun di daerah yang jauh dari pusat
pemerintahan dalam bentuk dinasti-dinasti kecil. Tentara Turki berhasil merebut
kekuasaan tersebut. Setelah berada
ditangan mereka pada periode kedua dan ketiga (334 H/945- 447- H/1055). Daulat
Abbasiyah berada di bawah kekuasaan Bani Buwaih.
Kemudian kekuasaan Bani Buwaih jatuh ketangan Seljuk.
Bermula saat perebutan kekuasaan di dalam negeri. Pergantian kekuasaan ini juga
menandakann awal periode keempat khilafah Abbasiyah. Pemerintahan Seljuk
dikenal dengan nama Al Salajikah Al Kubra ( Seljuk Besar atau Seljuk Agung ).
Seljuk
memiliki 5 wilayah kekuasaan, yaitu :
1. Seljuk besar yang menguasai Khurasan, Ray, jabal, Irak,
Persia dan Ahwaz. Ia merupakan induk dari yang lain. Jumlah Syaikh yang
memerintah seluruhnya delapan orang.
2. Seljuk Kirman berada di bawah kekuasaan keluarga Qawurt Bek
ibn Dawud ibn Mikail ibn Seljuk. Jumlah Dyeikh yang memerintah berjumlah 12
orang.
3. Seljuk Irak dan Kurdistan, pemimpin pertamanya adalah
Mughirs Al Din Mahmud. Seljuk ini secara beturut-turut di perintah oleh 9
syeikh.
4. Seljuk Syria, diperintah oleh keluarga Tutush ibn Alp
Arselan IBN Daud ibn Mikail ibn Seljuk, jumlah syaikh yang memerintah 5 orang.
5. Seljuk Rum, diperintah oleh keluarga Qutlumish ibn Israil
ibn Seljuk dengan jumlah Syeikh yang memerintah berjumlah 17 orang.
Kelima wilayah ini dipimpin oleh gubernur yang bergelar
Malik atau Syaikh. Kekuasaan dinasti Seljuk di Irak berakhir di tangan
Khawarizm Syah pada tahun 590 H/199 M.
3.
Perang Salib
1. 1. Perang Pertama
Musim semi pada tahun 1095 M,
150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Prancis dan Norman, berangkat menuju
Konstantinopel kemudian ke Palestina. Tentara salib yang dipimpin oleh Godfrey,
Bohemond dan Raymond ini memperoleh kemenangan yang besar. Pada tanggal 18 Juni
1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha
(Edessa). Disini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai
raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan medirikan
kerajaan latin II di Timur. Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga
berhasil menduduki Bait Al-Maqdis (15 Juli 1099 M) dan mendirikan kerajaan
latin III dengan rajanya Godfrey. Setelah penaklukan Bait Al-Maqdis itu,
tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104),
Tripoli (1109 M), dan kota Tyre (1124 M). di Tripolo mereka mendirikan kerajaan
Latin IV, rajanya adalah Reymond.
2. Perang Kedua
Kejatuhan Edessa ini menyebabkan
orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua. Paus Eugenius III
menyerukan perang suci dan disambut positif oleh raja Prancis Louis VII dan
raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin pasukan salib untuk untuk merebut
wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi gerak maju mereka di hambat oleh Nuruddi
Zanki. Mereka tidak mampu memasuki Damaskuss. Nurdin Zanki wafat 1174 M dan di
gantikan oleh Shalhah Al Din dan mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir 1175 M,
hasil peperangan yang terbesar adalah
merebut kembali Yerussalem pada tahun 1187 M.
Jatuhnya Yerussalem ketangan kaum muslimin
sangat memukul perasaan tentara salib. Mereka menyusun encana pembalasan yang
dipimpin Frederick Barbarossa raja Jerman, Richard The Lion Hart raja Inggris
dan Philip Augustus raja Prancis. Mereka berhasil merebut Akka yang kemudian
dijadikan kerajaan Latin dan tidak berhasil merebut Palestina. Tanggal 2
November 1192 M, dibuat perjanjian antara tentara salib dan Shalah disebut
dengan Shulh al Ramlah, bahwa orang Kristen pergi berziarah di baitul Maqdis
tidak akan di ganggu.
3. Perang
Ketiga
Tentara Salib kali ini dipimpin oleh
raja Jerman Frederick II, mereka berusaha merebut Mesir sebelum Palestina.
Dengan harapan dapat bantuan orang-orang Kristen Qibthi. Tahun 1219 M, mereka
berhasil merebut Dimyat. Rajanya saat itu Al Malik Al Kamil, mereka membuat
kesepakatan Frederick melepas Dimyat dan Al Malik melepas Palestina. Namun,
pada tahun 1247 Palestina berhasil di rebut kembali. Dan pada pimpinan Baybars
dan Qalawun , Akka behasil di rebut kembali pada tahun 1291 M.
4. Sebab-Sebab Kemunduran Pemerintahan Bani
Abbas
1.
Persaingan Antar Bangsa
2.
Kemorosotan Ekonomi
3.
Konflik Keagamaan
4.
Ancaman Dari Luar.
B.
PERIODE PERTENGAHAN (1250-1800 M)
Periode
ini dapat dibagi kedalam dua masa, Masa kemunduran 1 dan Masa tiga kerajaan
besar.
v MASA KEMUNDURAN (1250-1500)
Pada zaman ini
Jenghiz Khan dan keturunannya datang menghancurkan dunia islam. Jenghiz Khan
berasal dari mongolia. Setelah menduduki Peking di tahun1212 M, ia mengalihkan
serangan-serangannya ke arah barat. Satu demi satu kerajaan-kerajaan islam
jatuh ke tangannya. Transoxania dan
Khawarizm dikalahkan di tahun 1219/1220 M. Kerajaan Ghazna pada tahun 1221 M,
Azerbaijan pada tahun 1223 M dan Saljuk di Asia kecil pada tahun 1243 M, dari
sini ia meneruskan serangan-serangannya ke Eropa dan Rusia.
Serangan ke
Baghdad dilakukan oleh cucunya Hulagu Khan, terlebih dahulu ia mengalahkan
Khurasan di Persia dan kemudian menghancurkan Hasysyasyin di Alamut. Khalifah
dan keluarga serta sebagian besar penduduk di bunuh. Beberapa dari anggota
keluarga Bani Abbasiyah dapat melarikan diri dan diantaranya ada yang menetap
di Mesir. Dari sini Hulagu meneruskan serangannya ke syiria dan dari syiria ia
ingin memasuki Mesir, akan tetapi di Ain Laut (goliath) ia dapat dikalahkan
oleh Baybars, Jendral Mamluk dari Mesir ditahun 1260 M.
Baghdad dan
daerah yang ditaklukkan oleh Hulagu selanjutnya di perintah oleh Dinasti Ilkhan
(gelar yang diberikan kepada Hulagu). Daerah yang dikuasai ialah daerah yang
terletak antara Asia Kecil di barat dan india timur. Hulagu dan anaknya Abaga
masuk kristen (1265-1281 M). Di antara keterunannya yang pertama masuk islam
adalah cucunya Tagudar dengan nama Ahmad, tetapi mendapat banyak tantangan dari
para jendralnya.
Ghasan Mahmud
(1295-1305 M) juga masuk islam dan juga Uljaytu Khuda Banda (1305-1316 M).
Uljaytu awalnya beragama kristen , ia adalah Raja Mongol besar yang terakhir.
Kerajaan yang dibentuk Hulagu akhirnya pecah menjadi beberapa kerajaan kecil,
diantaranya Kerajaan Jaylar (1336-1411 M) dan Baghdad sebagai ibu kota,
Kerajaan Salghari (1148-1282 M) di Faris, dan Kerajaan Muzaffari (1313-1393 M)
di Faris.
Timur Lenk,
seseorang yang berasal dari keturunan Jenghiz Khan dapat menguasai Samarkand
pada tahun 1369 M, dan berkuasa sampai pertengahan kedua dari abad ke 15. Di
kota-kota yang telah ditundukkan, Timur Lenk membangun Piramida dari tengkorak
rakyat yang dibunuh.
Di Mesir,
khilafah Fathimiyah digantikan oleh Dinasti Shalahuddin Al-Ayyubi pada tahun
1174 M. Dengan datangnya Shalahuddin, Mesir kembali masuk ke aliran Sunni.
Aliran syi’ah hilang dengan hilangnya Fhatimiyah. Shalahuddin dikenal dalam
sejarah sebagai pahlawan islam dalam perang Salib. Dinasti Al-Ayyubi jatuh pada
tahun 1250 M dan kekuasaan di Mesir berpindah ke tangan kaum Mamluk. Kaum
Mamluk ini berasal dari budak-budak yang kemudian mendapatkan kedudukan tinggi
dalam pemerintahan Mesir. Kaum Mamluk ini berkuasa di Mesir sampai tahun 1517
M, merekalah yang membebaskan Mesir dan Syiria dari peperangan Salib dan juga
yang membendung serangan-setangan kaum Mongol dibawah pimpinan Hulagu dan Timur
Lenk, sehingga Mesir terlepas dari serangan seperti yang terjadi di dunia islam
lain.
Di India,
persaingan dan peperangan merebut kekuasaan juga selalu terjadi sehingga India
senantiasa menghadapi perubahan penguasa. Di Spanyol juga mengalami peperangan
antara dinasti-dinasti islam yang ada disana dengan Raja-raja kristen. Di dalam
peperangan itu raja-raja kristen menggunakan politik adu-domba antara
dinasti-dinasti islam tersebut. Sebaliknya, raja-raja kristen bergabung menjadi
satu dan dinasti-dinasti islam terkalahkan. Cordova jatuh pada tahun 1238 M,
Sevilla di tahun 1248 M, dan akhirnya Granada jatuh pada tahun 1491 M. Pada
saat itu umat islam dihadapkan pada dua pilihan, masuk kristen atau keluar dari
spanyol. Ditahun 1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi umat islam di Spanyol.
v MASA TIGA
KERAJAAN BESAR (1500-1800 M)
a. Fase Kemajuan (1500-1700 M)
a. Fase Kemajuan (1500-1700 M)
1.
Kerajaan Usmani
Pendiri kerajaan
ini adalah bangsa Turki dari khabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan
daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah
ke Turkistan kemudian persia dan irak. Mereka masuk islam abad kesembilan atau
kesepuluh, setelah mereka menetap di Asia tengah. Putra dari Ertoghrul bernama
Usman di anggap sebagai pendiri Kerajaan Usmani. Usman memerintah antara 1290 M
dan 1326 M. Pada tahun 1300 M, bangsa mongol menyerang kerajaan seljuk dan
Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan seljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam
beberapa kerajaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh
atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Usmani dinyatakan berdiri.
Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut juga Usman I.
Setelah Usman I mengemukakan dirinya sebagai
Padisyah Al Usman (raja besar keluarga usman) tahun 699 H (1300 M), setapak
demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Pada masa pemerintahan Orkhan
(726 H/1326 M-761 H/1359 M) kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir
(smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354
M), dan Gallipoli (1356 M). Daerah ini adalah bagian benua eropa yang pertama
kali diduduki oleh Kerajaan Usmani. Ketika Murad I, pengganti Orkhan, berkuasa
(761 H/1359 M-789 H/1389 M), selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia
melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adrianopel yang
kemudian dijadikannya sebagai ibu kota kerajaan yang baru, macedonia, sopia,
salonia, dan seluruh wilayah bagian utara yunani.
Ekspansi
kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke
konstantinopel, tentara Mongol yang di pimpin Timur Lenk melakukan serangan ke
Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi di antara tahun 1402 M. Tentara turki
Usmani mengalami kekalahan. Bayazid bersama putranya, Musa tertawan dan wafat
dalam tawanan tahun 1403 M. Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat
buruk bagi Turki Usmani.
2.
Kerajaan Safawi di Persia
Ketika kerajaan
Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan Safawi di Persia baru
berdiri sendiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Dalam perkembangannya,
kerajaan Safawi sering bentrok dengan kerajaan Turki Usmani. Kerajaan Safawi
berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota kecil
di Azarbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu
yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani. Nama Safawiyah diambil
dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama Safawi itu terus di
pertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu terus
dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan.
Safi Al-Din
berasala dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan
hidupnya. Ia keturunan dari imam Syia’ah yang keenam, Musa Al-Kazhim.
3.
Kerajaan Mughal di India
Kerajaan Mughal
di India dengan delhi sebagai ibu kota, didirikan oleh Zahiruddin Babur
(1482-1530 M), salah satu dari cucu Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza,
penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia
masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad akan menaklukkan Samarkand
yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya, ia
mengalami kekalahan tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi, ismail I
akhirnya berhasil menaklukkan Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M, ia
menduduki Kabul, ibu kota Afganistan.
Setelah Kabul
dapat ditaklukkan, Babur meneruskan ekspansinya ke India. Kala itu Ibrahim
Lodi, penguasa india dilanda krisis, sehingga stabilitas pemerintahan menjadi
kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat khan (gubernur
lahore) mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan
pemerintahan Ibrahim di Delhi. Permohonan itu lansung diterimanya.
Pada tahun 1525
M, Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibu kotanya Lahore. Setelah itu, ia
memimpin tentaranya menuju Delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M, terjadilah
pertempuran yang dahsyat di panipat. Ibrahim beserta ribuan tentaranya terbunuh
dalam pertempuran itu. Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan
menegakkan pemerintahannya disana. Dengan demikian, berdirilah Kerajaan Mughal
di India.
BAB
III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab Al-Hadharah Al-Islamiyyah. Kata dalam
bahasa Arab ini sering kita terjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan
kebudayaan Islam.Di Indonesia seringkali disinonimkan dua kata antara “
kebudayaan dan peradaban “. Namun dalam perkembangan ilmu Antropologi sekarang,
kedua istilah tersebut telah dibedakan.
Kebudayaan adalah bentuk ungkapan
tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan peradaban lebih berkaitan
Manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis. Kebudayaan lebih
direflesasikan dalam seni, sastra, religi, dan moral. Sedangkan peradaban
terefleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi
Priode sejarah peradaban islam
-
Priode
klasik
-
Priode
petengahan
-
Pride modern
b. Saran
Belajar dari masa lalu merupakan sesuatu yang perlu kita lakukan.
Dari uraian di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita harus berusaha
dengan maksimal agar bisa membuat perubahan. Di samping itu kita sebagai umat
Islam juga harus bisa menjaga persatuan dan kesatuan agar musuh-musuh Islam
tidak bisa menghancurkan kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, ( Jakarta, Rajawali Pers, 2014)
Sebagian besar makalah ini bersumber dari referensi yang tertera di atas, jika ada pihak yang merasa kami mengutip tulisannya tanpa mencantumkan sumber mohon dikonfirmasikan kepada kami demi menjaga kualitas tulisan kami.
Makalah Lengkap Periodesasi Sejarah dalam Islam
Reviewed by Arbor Azure
on
September 22, 2016
Rating:
No comments: