Pembahasan kita kali ini iyalah bagaimana peradaban Islam pada masa dinasti Abbasiyah. Special thanks untuk DILLAH (Nur Fadillah Rahman), ACI (Arsy Haruna), dan WINDA MANCUNG (Winda Ayu Lestari) yang telah menyelesaikan makalah ini. Selamat membaca semoga bermanfaat dan terimakasih untuk tidak melakukan plagiat atau plagiarism.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradaban dalam Islam, dapat ditelusuri dari sejarah kehidupan Rasulullah, para sahabat (Khulafaur Rasyidin), dan sejarah kekhalifahan Islam sampai kehidupan umat Islam sekarang. Islam yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad saw telah membawa bangsa arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju. Bahkan kemajuan Barat pada mulanya bersumber pada peradaban islam yang masuk ke eropa melalui spanyol. Islam memang berbeda dari agama-agama lain, sebagaimana pernah diungkapkan oleh H.A.R. Gibb dalam bukunya Whither Islam kemudian dikutip M.Natsir, bahwa, “Islam is andeed much more than a system of theology, it is a complete civilization” (Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna).Maju mundurnya peradaban islam tergantung dari sejauh mana dinamika umat Islam itu sendiri. Maka dari itu kita akan membahas sebuah peradaban besar yang sangat berpengaruh luas, yaitu masa kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab berdirinya Dinasti Abbasiyah.
2. Siapa
yang berperan penting dalam berjayanya peradaban Dinasti Abbasiyah.
3. Apa
penyebab berjayanya Dinasti Abbasiyah.
4. Apa penyebab terjadinya kemundurun pada masa Dinasti Abbasiyah.
C. TUJUAN
1. Mengetahui sejarah peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah
2. Memahami proses berkembang dan terbentuknya Dinasti Abbasiyah
3. Mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh para
khalifah pada masa Dinasti Abbasiyah.
4. Memahami proses kemunduran dan keruntuhannya.
BAB II
PEMBAHASAN
MASA DINASTI ABBASIYAH
A. Sejarah Berdirinya
Dinasti Abbasiyah, Para Khalifah Dinasti Abbasiyah
Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: الخلافة العباسية, al-khilāfah al-‘abbāsīyyah) atau Bani
Abbasiyah (Arab: العباسيون, al-‘abbāsīyyūn)
adalah kekhalifahan kedua Islam yang
berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang
pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan
dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa
setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua
wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari
paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan
memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad.
Berkembang selama
dua abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan
bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan dikenal dengan
nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil
kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan
kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada
keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabiyyah dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada
tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan
Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di
perpustakaan Baghdad.
Dinasti Abbasiyah
didirikan pada tahun 132 H/750 M oleh Abul Abbas Ash-shaffah, dan sekaligus
sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Bani Abbas melewati rentang waktu yang
sangat panjang, yaitu lima abad dimulai dari tahun 132-656 H/750-1258 M.
Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah
dikumandangkan oleh bani Hasyim (alawiyun) setelah meninggalnya Rasulullah
dengan mengatakan bahwa yang berhak berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan
anak-anaknya.
Kelahiran bani
Abbasiyah erat kaitannya dengan gerakan oposisi yang di lancarkan oleh golongan
syi’ah terhadap pemerintahan Bani Umayyah. Golongan Syi’ah selama
pemerintahan Bani Umayyah merasa tertekan dan tersingkir karena
kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah. Hal ini bergejolak sejak
pembunuhan terhadap Husein Bin Ali dan pengikutnya di Karbela.Gerakan oposisi
terhadap Bani Umayyah dikalangan orang syi’ah dipimpin oleh Muhammad Bin Ali,
ia telah di bai’ah oleh orang-orang syi’ah sebagai imam.
Tujuan utama dari
perjuangan Muhammad Bin Ali untuk merebut kekuasaan dan jabatan khalifah dari
tangan Bani Umayyah, karena menurut keyakinan orang syi’ah keturunan Bani
Umayyah tidak berhak menjadi imam atau khalifah, yang berhak adalah keturunan
dari Ali Bin Abi Thalib, sedangkan bani umayyah bukan berasal dari keturunan
Ali Bin Abi Thalib.
Pemerintahan
daulah Bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan daulah Bani
Umayyah yang telah hancur di Damaskus. Meskipun demikian, terdapat perbedaan
antara kekuasaan dinasti Bani Abbasiyah dengan kekuasaan dinasti Bani Umayyah,
diantaranya adalah :
1.
Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab Oriented, artinya
dalam segala hal para pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula
corak peradaban yang dihasilkan pada dinasti ini.
2.
Dinasti Abbasiyah, disamping bersifat Arab murni, juga
sedikit banyak telah terpengaruh dengan corak pemikiran dan peradaban Persia,
Romawi Timur, Mesir dan sebagainya.
Pada awalnya
golongan ini memakai nama Bani Hasyim, belum menonjolkan nama Syi’ah atau Bani
Abbas, tujuannya adalah untuk mencari dukungan masyarakat. Bani
Hasyim yang tergabung dalam gerakan ini adalah keturunan Ali Bin Abi Thalib dan
Abbas Bin Abdul Muthalib. Keturunan ini bekerjasama untuk menghancurkan
Bani Umayyah.
Strategi yang digunakan untuk
menggulingkan Bani Umayyah ada dua tahap :
1. Gerakan secara rahasia
Propoganda Abbasiyah dilaksakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia,akan tetapi Imam Ibrahim pemimpin abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan dinasti umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika ia telah mengetahui bahwa ia akan di eksekusi dan memerintahkan untuk pindah ke kuffah.
2.
Tahap terang-terangan dan terbuka secara umum
Tahap ini dimulai
setelah terungkap surat rahasia Ibrahim bin Muhammad yang ditujukan kepada Abu
Musa Al-Khurasani Agar membunuh setiap orang yang berbahasa Arab di Khurasan.
Setelah khalifah Marwan bin Muhammad mengetahi isi surat rahasia tersebut ia
menangkap Ibrahim bin Muhammad dan membunuhnya.
Setelah itu
pimpinan gerakan oposisi dipegang oleh Abul Abbas Abdullah bin Muhammad
as-saffah, saudara Ibrahim bin Muhammad.Abul Abbas sangat beruntung, karena
pada masanya pemerintahan Marwan bin
Muhammad
telah mulai lemah dan sebaliknya gerakan oposisi semakin mendapat dukungan dari
rakyat dan bertambah luas pengaruhnya. Keadaan ini tambah mendorong semangat
Abul Abbas untuk menggulingkan khalifah Marwan bin Muhammad dari
jabatannya. Untuk maksud tersebut Abul Abbas mengutus pamannya Abdullah bin Ali
untuk menumpas pasukan Marwan bin Muhammad.
Pertempuran
terjadi antara- pasukan yang dipimpin oleh khalifah Marwan bin Muhammad dengan
pasukan Abdullah bin Ali di tepi sungai Al-Zab Al-Shagirdi, Iran. Marwan bin
Muhammad terdesak dan melarikan diri ke Mosul, kemudian ke palestina, Yordania
dan terakhir di Mesir. Abdullah bin Ali terus mengejar pasukan Marwan bin
Muhammad sampai ke Mesir dan akhirnya terjadi pertempuran disana.
Marwan bin
Muhammad pun akhirnya tewas karena pasukannya sudah sangat lemah yaitu pada
tanggal 27 Zulhijjah 132 H/750 M. Pada tahun 132 H/ 750 M Abul Abbas Abdullah
bin Muhammad diangkat dan di bai’ah menjadi khalifah , dalam pidato pembiatan
tersebut , ia antara lain mengatakan “saya berharap semoga pemerintahan kami
( Bani Abbas ) akan mendatangkan kebaikan dan kedamaian pada kalian.
Wahai penduduk koufah, bukan intimidasi, kezaliman, malapetaka dan sebagainya.
Keberhasilan kami
beserta ahlul Bait adalah berkat pertolongan Allah SWT. Hai
penduduk koufah, kalian adalah tumpuan kasih sayang kami, kalian tidak pernah
berubah dalam pandangan kami, walaupun penguasa yang zalim( Bani Umayyah )
telah menekan dan menganiaya kalian. Kalian telah dipertemukan oleh Allah
dengan Bani Abbas, maka jadilah kalian orang-orang yang berbahagia dan yang
paling kami muliakan..... ketahuilah, hai penduduk koufah, saya adalah al-saffah”.
Setelah Abul Abbas
resmi menjadi khalifah ia tidak lagi mengambil Damaskus sebagai pusat
pemerintahan tetapi ia memilih Koufah sebagai pusat pemerintahannya, dengan
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1) Para pendukung Bani Umayyah masih banyak yang tinggal di Damaskus.
2) Kota Koufah jauh dari Persia, walaupun orang-orang Persia merupakan tulang
punggung Bani Abbas dalam menggulingkan Bani Umayyah.
3) Kota Damaskus terlalu dekat dengan wilayah kerajaan Bizantium yang
merupakan ancaman bagi pemerintahannnya, akan tetapi pada masa pemerintahan
khalifah Al-Mansur (754-775 M) dibangun kota Baghdad sebagai ibu kota Dinasti
Bani Abbas yang baru.
B. Masa kekuasaan
Dinasti Abbasiyah
Selama dinasti
Bani Abbasiyah berdiri pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan
itu, para sejarawan biasanya membagi kekuasaan Bani Abbasiyah pada empat
periode :
a. Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak
lahirnya dinasti Abbasiyah tahun 132 H/750 M sampai meninggalnya khalifah
Al-Watsiq 232 H/847 M.
b. Masa Abbasiayah II, yaitu mulai
khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H/847 M sampai berdirinya Daulah
Buwaihiyah di Baghdad tahun 334 H/946 M.
c. Masa Abbasiyah III, yaitu dari
berdirinya Daulah Buwaihiyah tahun 334 H/946 M sampai masuknya kaum Saljuk ke
Baghdad Tahun 447 H/1055 M
d. Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya kaum saljuk di Baghdad tahun 447 H/1055 M sampai jatuhnya Baghdad ketangan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H/1258 M.
1. Masa Abbasiyah I ( 132 H/750 M-232 H/847 M )
Masa ini diawali sejak Abul Abbas menjadi khalifah dan berlangsung selama satu abad hingga meninggalnya khalifah Al-Watsiq. Periode ini dianggap sebagai zaman keemasan Bani Abbasiyah. Hal ini disebabkan karena keberhasilannya memperluas wilayah kekuasaan.Wilayah kekuasaannya membentang dari laut Atlantik hingga sungai Indus dan dari laut Kaspia hingga ke sungai Nil. Pada masa ini ada sepuluh orang khalifah yang cukup berprestasi dalam penyebaran Islam mereka adalah khalifah Abul Abbas ash-shaffah(750-754 M), Al-Mansyur ( 754-775 M), Al-Mahdi (775-785 M), Al-Hadi (785-786 M), Harun Al-Rasyid (786-809 M), Al-Amin (809 M), Al-Ma’mun (813-833 M), Ibrahim (817 M), Al-Mu’tasim (833-842 M), dan Al-Wasiq (842-847 M).
2. Masa Abbasiyah II
( 232 H/847 M-334 H/946 M)
Periode ini
diawali dengan meninggalnya khalifah Al-Wasiq dan berakhir ketika keluarga
Buwaihiyah bangkit memerintah. Sepeninggal Al-Wasiq, Al-Mutawakkil naik tahta
menjadi khalifah, masa ini ditandai dengan bangkitnya pengaruh Turki.Setelah
Al-Mutawakkil meninggal dunia, para jendral yang berasal dari Turki berhasil
mengontrol pemerintahan.
Ada empat khalifah
yang dianggap hanya sebagai simbol pemerintahan dari pada pemerintahan yang
efektif, keempat pemerintahan itu adalah Al-Muntasir (861-862 M ), Al-Musta’in
(862-866 M), Al-Mu’taz (866-896 M), dan Al-Muhtadi (869-870 M). Masa
pemerintahan ini dinamakan masa disintegrasi, dan akhirnya menjalar keseluruh
wilayah sehinngga banyak wilayah yang memisahkan diri dari wilayah Bani Abbas
dan menjadi wilayah merdeka seperti Spanyol, Persia, dan Afrika Utara.
3.
Masa Abbasiyah III (334 H/946 M -447 H/1055 M)
Masa ini ditandai dengan berdirinya Dinasti Buwaihiyah, yaitu Pada masa ini
jatuhnya Khalifah Al-Muktafi (946 M) sampai dengan khalifah Al-Qaim (1075
M). Kekuasaaan Buwaihiyah sampai ke Iraq dan Persia barat, sementara itu Persia
timur, Transoxania, dan Afganistan yang semula dibawah kekuasaan Dinasti
Samaniah beralih kepada Dinasti Gaznawi.
Kemudian sejak
tahun 869 M, dinasti Fatimiyah berdiri di Mesir.Kekhalifahan Baghdad jatuh
sepenuhnya pada suku bangsa Turki. Untuk keselamatan, khalifah meminta bantuan
kepada Bani Buwaihiyah. Dinasti Buwaihiyah cukup kuat dan berkuasa karena
mereka masih menguasai Baghdad yang merupakan pusat dunia islam dan menjadi
kediaman Khalifah.
Pada akhir Abad kesepuluh,
kedaulaulatan Bani Abbasiyah telah begitu lemah hingga tidak memiliki kekuasaan
diluar kota Baghdad. Kekuasaan Bani Abbasiyah berhasil dipecah menjadi dinasti
Buwaihiyah di Persia (932-1055 M), dinasti Samaniyah di Khurasan (874-965 M),
dinasti Hamdaniayah di Suriah (924-1003 M), dinasti Umayyah di Spanyol
(756-1030 M), dinasti Fatimiyah di Mesir (969-1171 M), dan dinasti Gaznawi di
Afganistan (962-1187 M)
4.
Masa Abbasiyah IV (447 H/1055 M -656 H/1258 M )
Masa ini ditandai
dengan ketika kaum Seljuk menguasai dan mengambil alih pemerintahan Abbasiyah.
Masa seljuk berakhir pada tahun 656 H/1258 M, yaitu ketika tentara mongol
menyerang serta menaklukkan Baghdad dan hampir seluruh dunia Islam terutama
bagian timur.
C.
Masa Kejayaan Peradaban Dinasti Abbasiyah, Dinasti-Dinasti yang Memerdekakan Diri dari Baghda
Pada periode
pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan, secara politis para
khalifah memang orang-orang yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik
sekaligus Agama. Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi.
Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan Filsafat dan
ilmu pengetahan dalam Islam.
Peradaban dan
kebudayaan Islam berkembang dan tumbuh mencapai kejayaan pada masa Bani
Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan pada masa ini Abbasiyah lebih menekankan
pada perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah.
Disinilah letak perbedaan pokok dinasti Abbasiyah dengan dinasti Umayyah.
Puncak kejayaan
dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun Al- Rasyid (786-809 M) dan
anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ketika Al-Rasyid memerintah, negara dalam
keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga
pemberontakan dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara sampai ke
India.Lembaga pendidikan pada masa Bani Abbasiyah mengalami perkembangan dan
kemajuan yang sangat pesat, hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa
Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak Bani Umayyah,
maupun sebagai bahasa pengetahuan.
Selain itu juga
ada dua hal yang tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan yaitu:
a. Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bahasa
bangsa lain yang telah lebih dulu mengalami kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan. Pada
masa Bani Abbas, bangsa bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi
berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bagssa itu memberi saham
tertentu bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia sangat
kuat dalam bidang ilmu pengetahuan.
Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat,
dan sastra. Pengaruh India terlihat dari bidang kedokteran, ilmu matematika,
dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani terlihat dari terjemahan-terjemahan di
berbagai bidang ilmu, terutama Filsafat.
b. Gerakan
penerjemahan berlangsung selama tiga fase. Fase pertama, pada masa
khalifah Al-Mansyur hingga Hasrun Al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak
diterjemah adalah buku-buku dibidang ilmu Astronomi dan Mantiq. Fase
kedua terjadi pada masa khalifah Al-Makmun hingga tahun 300 H.
Buku-buku yang banyak diterjemah adalah bidang filsafat, dan kedokteran. Dan
pada fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama
setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-biadang ilmu yang
diterjemahkan semakin meluas.
Di zaman khalifah Harun al- Rasyid
(786-809 H) adalah zaman yanggemilang bagi Islam. Zaman ini kota baghdad
mencapai puncak kemegahannya yang belum pernah dicapai sebelumnya, Harun sangat
cinta pada sastrawan, ulama, Filosof yang datang dari segala penjuru ke
Baghdad. Salah satu pendukung utama tumbuh pesatnya ilmu pengetahuan tersebut
adalah didirikannya pabrik kertas di Baghdad.
Orang Islam pada
awalnya membawa kertas dari Tiongkok, usaha pembuatan kertas erat kaitannya
dengan perkembangan Universitas Islam.Pabrik kertas ini memicu pesatnya
penyalinan dan pembuatan naskah, dimasa itu seluruh buku ditulis tangan. Ilmu
cetak muncul pada tahun 1450 M ditemukan oleh gubernur di Jerman. Dikota-kota
besar islam muncul toko-toko buku yang sekaligus juga berfungsi sebagai sarana
pendidikan dan pengajaran non-formal.
Popularitas Bani Abbasiyah ini juga ditandai dengan
kekayaan yang dimanfaatkan oleh khalifah Al-Rasyid untuk keperluan sosial
seperti Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan faramasi didirikan, dan
pada masanya telah ada sekitar 800 orang dokter, selain itu pemandian-pemandian
umum didirikan. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan,
dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pada zaman
inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak
tertandingi.
Adapun ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Bani Abbasiayah adalah sebagai berikut :
a.
Ilmu Kedokteran
Pada mulanya Ilmu
Kedokteran telah ada pada saat Bani Umayyah, ini terbukti dengan adannya
sekolah tinggi kedokteran Yundisapur dan Harran.
Dinasti Abbasiyah
telah banyak melahirkan dokter terkenal diantaranya sebagai berikut:
1)
Hunain Ibnu Ishaq (804-874 M) terkenal segai dokter yang ahli dibidang mata dan
penerjema buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.
2)
Ar-Razi (809-1036 M) terkenal sebagai dokter yang ahli dibidang penyakit cacar
dan campak. Ia adalah kepala dokter rumah sakit di Baghdad. Buku karangannya
dbidang ilmu kedokteran adalah Al-Ahwi.
3)
Ibnu Sina (980-1036 M), yang karyanya yang terkenal adalah Al-Qanun Fi
At-Tibb dan dijadikan sebagai buku pedoman bagi Universitas di Eropa
dan negara-negara Islam.
4)
Ibnu Rusyd (520-595 M) terkenal sebagai dokter perintis dibidang penelitian
pembuluh darah dan penyakit cacar. Dll.
b.
Ilmu tafsir
Pada masa ini
muncul dua alirang yaitu ilmu tafsir Al-matsur dan Tafsir
Bir ra’yi, aliran yang pertama lebih menekan pada ayat-ayat Al-Qur’an dan
Hadist dan pendapat tokoh-tokoh sahabat. Sedangkan aliran tafsir yang kedua
lebih menekan pada logika ( rasio ) dan Nash. Diantara ulama tafsir yang
terkenal pada masa ini adalah Ibnu Jarir al-Thabari (w.310 H) dengan
karangannya jami’ al-bayan fi tafsir Al-Qur’an, Al-Baidhawi dengan
karangannya Ma’alim al-tanzil, al-Zakhsyari dengan karyanya al-kassyaf,
Ar-Razi(865-925 M) dengan karangannya al-Tafsir al-Kabir, dan
lain-lainnya.
c.
Ilmu Hadist
Pada masa
pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz (717-720 M) dari Bani Umayyah sudah
mulai usaha untuk mengumpulkan dan membukukan Hadist. Akan tetapi perkembangan
ilmu hadist yang paling menonjol pada masa Bani Abbasiyah, sebab pada masa
inilah muncul ulama-ulama hadist yang belum ada tandingannya sampai sekarang.
Diantara yang
terkenal ialah Imam Bukhari (W.256 H) ia telah mampu mangumpulkan sebanyak 7257
Hadist dan setelah diteliti terdapat 4000 hadist Shahih dari yang telah
berhasil dikumpulkan oleh imam Bukhari yang disusun dalam kitabnya Shahih
Bukhari.
Imam Muslim ( W.
251 H) terkenal sebagai seorang ulama hadist dengan bukunya Shahih
Muslim, buku karangan imam Bukhari dan Muslim diatas lebih berpengaruh
bagi umat Islam dari pada buku-buku hadist lainnya, seperti Sunan Abu
Daud oleh Abu Daud ( W.257 H) sunan Al- Turmizi oleh
imam Al-Turmizi(W.287 H) Sunan Al-Nasa’i oleh Al-Nasa’i (
W.303 H) dan sunan Ibnu-Majah oleh Imam Ibnu Majah ( W.275 H)
keenam buku hadist tersebut lebih dikenal dengan sebutan Al- Kutub
Al-Sittah.
d. Ilmu Kalam
Bukanlah hal yang
berlebihan jika dikatakan pada masa Bani Abbasaiyah merupakan dasar-dasar Ilmu
Fiqh. Ilmu ini disusun oleh ulama-ualama yang terkenal pada masa itu dan masih
besar pengaruhnya sampai sekarang, Dia kalangan Ulama Ahlu al-Sunnah
wal jamaah.
Muncul Imam Abu
Hanifah(810-150 H) yang lebih cendrung memakai akal (rasio) dan Ijtihad, Imam
Malik Bin Anas (93-179 H) yang lebih cendrung memakai hadist dan menjauhi
sampai batas tertentu pemakaian Rasio, Imam Syafi’i (150-204 H) yang berusaha
mengkompromikan aliran Ahl al-Ra’yi, dengan Ahl al-Hadist dalam
Fiqh, dan Imam Ahmad bin Hambal(164-241 H) yang merupakan tokoh aliran Fiqh
yang keras, ketat dan kurang luwes dari aliran-aliaran fiqh yang lainnya. Buku
karang mereka masih dapat kita temukan sampai sekarang yaitu al-muawatta, al-umm, al-risalah,
dan sebagainya.
e. Ilmu Tashawuf
Dalam bidang ilmu
Tashawuf juga muncul ulama-ulama yang terkenal pada masa pemerintahn Daulah
Bani Abbasiyah. Imam Al-Ghazali sebagai seorang ulama sufi pada masa Daulah
Bani Abbasiyah meninggalkan karyanya yang masih beredar sampai sekarang yaitu
buku Ihya’ Al-Din, yang terdiri dari lima jilid. Al-Hallaj
(858-922 M) menulis buku tentang Tashawuf yang berjudul Al-Thawasshin, Al-Thusi
menulis buku al-lam’u fi al-Tashawuf, Al-Qusyairi (W. 465 H) dengan
bukunya al-risalat al-Qusyairiyat fi il’m al-Tashawuf.
f. Ilmu Matematika
Terjemahan dari
bahasa asing ke bahasa Arab menghasilkan karya dibidang matematika. Diantara
ahli matematika islam yang terkenal adalah Al-Khawarizmi, adalah seorang
pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu hitung) dan
penemu angka Nol. Tokoh lainnya adalah Abu Al-Wafa Muhammad Bin Muhammad Bin
Ismail Bin Al-Abbas terkenal sebagi ahli ilmu matematika.
g.
Ilmu Farmasi
Diantara ahli
farmasi pada masa Bani Abbasiyah adalah Ibnu Baithar, karyanya yang terkenal
adalah Al-Mughni (berisi tentang obat-obatan), jami’
al-mufradat al-adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan
bergizi).Dan masih banyak lagi ilmu yang berkembang pada masa Bani Abbasiyah
berkuasa, hal ini terlihat bahwa saat Khalifah Al-Mustansir (1226-1242 M)
memerintah ia mendirikan Universitas Mustansiriah di Baghdad yang dapat
dibanggakan karena telah mampu melampaui Universitas di Eropa.
Mereka mempunyai
Fakultas-fakultas yang sempurna, mahaguru digaji berdasarkan banyak mahasiswa
yang terdapat dalam Fakultasnya, setiap Mahasiswa dan Mahaguru mendapatkan satu
dinar emas setiap bulannya, dan rata-rata setiap Fakultas tidak ada yang kurang
dari 3000 Mahasiswa didalamnya. Setiap Mahasiswa boleh makan ke dapur umum
Mahasiswa dengan Cuma-Cuma, sebuah perpustakaan besar terdapat dalam
Universitas itu.
Setiap mahasiswa yang berkeinginan
menyalin buku-buku atau ingin menyusun buku baru, ada sebuah kantor yang
mengurus persediaan kertas, pena dan tinta untuk keperluan itu. Disamping
Universitas dibangun sebuah rumah sakit untuk mahasiswa diperiksa kesehatannya,
hal inilah yang menyebabakan berbagai Universitas di Eropa mengambil contoh
pada Universitas Mustansiriah itu.
Dinasti
yang memerdekaakan diri dari Baghdad
Dinasti yang
memerdekakan diri dari Baghdad pada masa bani Abbasiyah antara lain adalah
sebagai berikut:
a.
Dari bangsa Persia
1. Thahiriyyah di Khurasan(205-259H/820-872 M)
2. Shafariyyah di Fars(254-290H/868-901M)
3. Samaniyyah di
Transoxomania(261-389H/873-998M)
4. Sajiyyah di
Azerbaijan(266-318H/878-930M)
5. Buwaihiyyah, menguasai
Baghdad(320-117/923-1055 M)
b.
Dari bangsa Turki
1. Thuluniyyah di Mesir(254-292H/837-903M)
2. Ikhsyidiyyah di Turkistan(320-560 H/932-1163M)
3. Ghaznawiyyah di Afganistan(351-585H/962-1189M)
4. Dinasti seljuk
c.
Dari bangsa Kurdi
1. Al Barzuqani(348-406H/959-1015M)
2. Abu Ali(380-489H/990-1095M)
3. Ayyubiyah(564-648H/1167-1250M)
d. Dari bangsa Arab
1. Idrisiyyah di Maroko(172-375H/788-935M)
2. Aghlabiyyah di Tunisia(184-289H/800-900M)
3. Dulafiyyah di Khurdistan(210-285H/825-898M
4. Alawiyah di Tabaristan(250-316H/864-928M)
5. Hamdaniyyah di Aleppo dan Maushil(317-394 H/919-1002M)
6. Mazyadiyyah di Hillah(403-545H/1011-1150M)
7. Ukailiyyah di Maushul(386-489H/996-1095M)
8. Mirdasiyyah di Aleppo(414-472H/1023-1079M)
e. Dinasti yang mengaku khilafah
1.
Umawiyah di Spanyol
2. Fathimiyah di Mesir. (Badri Yatim, 2008 : 66)
D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemunduran Dinasti Abbasiyah, Akhir
Kekuasaan Dinasti Abbasiyah
Menurut W.
Montgomery, bahwa beberapa faktor penyebab kemunduran Bani Abbasiyah adalah
:
1.
Luasnya wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah
sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya antara penguasa
dan pelaksana pemerintah sudah sangat rendah.
2.
Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada
mereka sangat tinggi.
3.
Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang
dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat iu kekuatan militer
menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M. A diantara
hal yang menyebabkan kemunduran Daulah Bani Abbasiayah Adalah :
a.
Persaingan antar bangsa
Khalifah Abbasiyah
didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia, persekutuan
dilatar belakangi oleh persamaan nasib pada saat pemerintahan Bani Umayyah,
keduanya sama-sama tertindas. Setelah dinasti Abbasiyah berdiri Bani Abbas
tetap mempertahankan persekutuan itu.
Menurut stryzewska
ada dua sebab mengapa dinasti abbas memilih orang -orang persia daripada orang
arab. Pertama, sulit abgi orang arab unruk melupakan bani umayyah. Pada masa
itu mereka merupakan warga kelas satu.Kedua, orang – orang arab sendiri
terpecah belah dengan adnya ‘ashabiyyah kesukuan.
Dengan,
demikian khilafah Abbasiyyah tidak ditegakkan ‘ashabiyah tradisional. Meskipun
demikian, orang – orang persia tidak merasa puas,mereka menginginkan sebuah
dinasti dengan raja dan pegawai dari persia. Sementara,bangasa arab beranggapan
bahwa darah yang mengalir ditubuh mereka adalah darh ras dan mereka menganggap
rendah bangsa non arab.
Fanatisme,
kebangsaan ini nampaknya dibiarakan berkembang oleh penguasa. Sementara, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Buadak-budak bangsa
persia atau turki dijadikan pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab dinasti
dan mendapat gaji, sritem perbudakan inilah yang membuat mempertinggi pengaruh
bangsa persia dan turki. Karena jumlah mereka yang besar, mereka merasa bahwa
negara adalah milik mereka dan mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat
berdasarkan kekuasaan khalifah.
b.
Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyah
juga mengalami kemerosotan Ekonomi bersamaan dengan Kemunduran dibidang
Politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan pemerintahan
yang kaya, dan keuangan yang masuk lebih besar dari pada yang keluar, sehingga
Baitul Mal penuh dengan Harta. Setelah khalifah mengalami periode kemunduran,
pendapatan negara menurun, sementara pengeluaran meningkat lebih besar.
Menurunnya
pendapatan negara disebabkan karena menyempitnya wilayah kekuasaan,banyaknya
terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat diperingankannya
pajak,dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi
membayar upeti. Sedangkan,pengeluaran membengkak karena disebabkan oleh
kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah,jenis pengeluaran makin
beragam dan para pejabat melakukan korupsi.
c. Konflik Keagamaan
Fanatisme
keagamaan berkaitan erat dengan masalah kebangsaan. Pada periode Abbasiyah,
konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra sehingga terjadi perpecahan.
Berbagai Aliran keagaam seperti Mu’tazillah, Syi’ah, Ahlus sunnah, dan
kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan
untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.
d. Perang Salib
Perang salib
merupakan sebab dari eksternal ummat Islam. Pernag salib yang terjadi beberapa
gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan perhatian Bani Abbasiyah
terpecah belah untuk menghadapi tentara salib sehingga memunculkan
kelemahan-kelemahan. Orang-orang kristen eropa terpanggil untuk ikut berperang
setelah paus urbanus II (1088-1099) mengeluarkan fatwanya.perang salib itu juga
membakar semangat perlawanan orang-orang kristen yang berada diwilayah
kekuasaan islam. Namun, di antara komunitas-komunitas kristen timur,hanya
Armenia dan Maronit lebanon yang tertarik dengan perang salib dan melibatkan
diri dalam perang salib itu.
e. Serangan Bangsa Mongol
Serangan tentara
mongol ke wilayah Islam menyebabkan kekuatan Islam menjadi lemah, apalagi
serangan Hulagu Khan dengan pasukan Mongol yang biadab menyebabkan kekuasaan
Abbasiyah menjadi lemah dan akhirnya menyerah pada kekuatan Mongol.
E. Masa Akhir Kekuasaan
Bani Abbasiyah
Akhir dari
kekuasaan Bani Abbasiyah adalah saat Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol
yang dipimpin oleh Hulagu Khan (656 H/1258 M).Ia adalah saudara dari Kubilay
Khan yang berkuasa di Cina sampai ke Asia Tenggara, dan saudaranya Mongke Khan
yang menugaskannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina
kepangkuannya. Baghdad dihancurkan dan diratakan dengan tanah.
Pada mulanya
Hulagu Khan mengirim suatu tawaran kepada Khalifah Bani Abbasiyah yang
terakhir Al-Mu’tashim billah untuk bekerja sama menghancurkan gerakan Assassin.
Tawaran tersebut tidak dipenuhi oleh khalifah. Oleh karena itu timbullah
kemarahan dari pihak Hulagu Khan. Pada bulan september 1257 M, Khulagu Khan
melakukan penjarahan terhadap daerah Khurasan, dan mengadakan penyerangan
didaerah itu.
Khulagu Khan
memberikan ultimatum kepada khalifah untuk menyerah, namun khalifah tidak mau
menyerah dan pada tanggal 17 Januari 1258 M tentara Mongol melakukan
penyerangan.Pada waktu penghancuran kota Baghdad, khalifah dan keluarganya
dibunuh disuatu daerah dekat Baghdad sehingga berakhirlah Bani Abbasiyah.
Penaklukan itu hanya membutuhkan beberapa hari saja, tentara Mongol tidak hanya menghancurkan kota Baghdad tetapi mereka juga menghancurkan peradaban ummat Islam yang berupa buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah hasil karya ummat Islam yang tak ternilai harganya. Buku-buku itu dibakar dan dibuang ke sunagi Tigris sehingga berubah warna air sungai tersebut, dari yang jernih menjadi hitam kelam karena lunturan air tinta dari buku-buku tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Bani Abbasiyah
merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang merupakan masa keemasan dan
kejayaan dari peradaban ummat Islam yang pernah ada. Pada masa Bani Abbasiyah
kekayaan negara melimpah ruah dan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Pusat
peradaban Islam mengalami kemajuan yang pesat sehingga pada masa ini
banyak muncul para tokoh ilmuan dari kalangan Ummat Islam, baik itu ilmu
pengatuhan yang bersifat umum seperti ilmu kedokteran yang telah mencetak
dokter seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan lain-lainnya, sehingga pada masa ini
telah ada lebih dari 800 dokter yang berada di kota Baghdad.
Dalam bidang
matematika melahirkan ilmuan bernama Al-Khawarizmi yang merupakan penemu angka
Nol. Demikian juga dari biang ilmu agama, adanya perkembangan ilmu tafsir, ilmu
kalam, filsafat Islam, dan ilmu tashauf, yang juga melairkan tokoh-tokoh
dibidang ilmu masing-masing. Pada masa pemerintahan khalifah Harun Al-rasyid
kesejahteraan ummat sangat terjamin, karena pada masa inilah puncak dari
kejayaan Bani Abbasiyah, pembangunan dilakukan dimana-mana, baik pembangunan
rumah sakit, irigasi, dan pemandian-pemandian umum.
Namun diakhir
pemerintahan Khalifah Bani Abbasiyah, Islam mengalami keterpurukan yang sangat
parah. Hal ini disebabkan dari serangan tentara Mongol yang telah
mengahancurkan pusat peradaban Ummat Islam di Baghdad dan mengahancurkan Pusat
ilmu pengetahuan yaitu Baitul Hikmah, yang berisi buku-buku karangan pakar ilmu
ummat Islam yang tak ternilai harganya.
DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka.
Mubaro Jaih. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Islamika.
N. Abbas Wahid, dkk. 2006.
Sejarah Kebudyaan Islam. Surakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Supriadi Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Chair, Abdul, dkk, Ensiklopedi Tematis Dunia
Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1998).
Sebagian besar makalah ini
bersumber dari referensi yang tertera di atas, jika ada pihak yang merasa kami
mengutip tulisannya tanpa mencantumkan sumber mohon dikonfirmasikan kepada kami
demi menjaga kualitas tulisan kami.
No comments: